Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2012

Dr. Amin Haedari: Kiai, Ujung Tombak Penangkal Radikalisme

Selain membangun kesadaran kalangan pesantren, langkah selanjutnya adalah melakukan tahqiq atau tanqih.  Ini semacam penelitian filologi yang mendalam terhadap kitab-kitab kuning. ''Tujuannya untuk melakukan kajian kritis terhadap kitab-kitab yang selama ini banyak digunakan di kalangan pesantren sekaligus mewaspadai pola-pola yang mereka lakukan sekaligus sebagai studi perbandingan,'' jelas Wakil Ketua Pimpinan Pusat Lakpesdam Nahdlatul Ulama (NU), Ahmad Baso. Kepemimpinan kiai Secara terpisah, Ketua PP RMI NU, KH Amin Haidari, menyatakan pesantren yang mengakomodasi radikalisme tidak akan berkembang.  Sebab, pesantren seperti itu cenderung eksklusif. Masyarakat kerap tidak diikutsertakan dalam aplikasi nilai-nilai keislaman yang diajarkan pesantren seperti itu. Menurutnya, pesantren yang menganut paham seperti itu cenderung asosial. Lembaga seperti itu merasa dirinyalah yang paling benar sehingga cenderung mengabaikan orang lain. “Orang-orang s

RMI NU Akan Kumpulkan Pengasuh Pesantren se-Jawa

Gambar
Logo RMI NU RMI NU, Media Pesantren,  JAKARTA - Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (PP-RMI-NU) atau asosiasi pesantren NU berencana akan mengumpulkan para pengasuh pesantren se-Jawa. Kegiatan ini ditujukan untuk memperkuat peran pesantren di tengah masyarakat. Draf acuan kegiatan (ToR) yang diterima NU Online menyebutkan, pertemuan para kiai ini akan diwujudkan dalam bentuk halaqah bertema “Penguatan Peran Pesantren sebagai Pusat Peradaban” di Jakarta, 29-30 Desember 2012. Rencananya, 40 pengasuh pesantren yang menjadi peserta akan memetakan potensi pesantren, terutama dari segi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancamannya; merumuskan strategi penguatan kelembagaan dan kerja sama lintas sektor; serta merumuskan aksi bagi upaya penguatan pesantren sebagai pusat peradaban. Bersama Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Departemen Agama, RMI bertekad akan mengembalikan fungsi pesantren sebagai agen perubahan sebagaimana yang dila

PP-RMI-NU, WMM Goes To Mandiri: Meningkatkan Kewirausahaan

Gambar
Kamis, 22 November 2012. Pesantren Miftahul Huda, Tasikmalayan

[29-30 Desember 2012] PP-RMI-NU: ToR dan Jadwal Halaqah Pengasuh Pesantren

Term of Reference (TOR) Halaqah Pengasuh Pesantren: Penguatan Peran Pesantren Sebagai Pusat Peradaban Kerja Sama PP RMI-NU dan Direktorat PD Pontren Kementerian Agama Jakarta, 29 – 30 Desember 2012 A.         LATAR BELAKANG Pesantren merupakan salah satu unsur penting dalam dinamika historis bangsa Indonesia. Secara hirtoris, pesantren telah “mendokumentasikan” berbagai peristiwa sejarah bangsa Indonesia, baik sosial, budaya, ekonomi maupun politik. Sejak masa awal penyebaran Islam, pesantren adalah saksi dan pelaku utama bagi penyebaran dan pengajaran Islam di Indonesia, karena pesantren adalah sarana penting bagi kegiatan islamisasi di Indonesia. Perkembangan dan kemajuan masyarakat Islam Nusantara, khususnya Jawa, tidak mungkin terpisahkan dari peran yang dimainkan oleh pesantren. Berpusat dari pesantren, perputaran roda ekonomi dan kebijakan politik Islam dikendalikan. Di masa Walisongo, tidak sedikit Wali-wali di Jawa menguasai jaringan perdagangan antara pulau Jaw

Dr. Amin Haedari, M.Pd: Pesantren Radikal akan Ditinggalkan?

Gambar
JAKARTA -- Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) Amin Haidari, menyatakan pesantren yang mengakomodir radikalisme tidak akan berkembang. Menurut dia, pesantren seperti itu cenderung eksklusif karena masyarakat kerap tidak diikutsertakan dalam aplikasi nilai-nilai keislaman yang diajarkan pesantren. Amin menyampaikan pesantren yang menganut paham seperti ini cenderung asosial. Lembaga seperti itu merasa dirinyalah paling benar sehingga cenderung mengabaikan orang lain. Orang-orang selain dari kelompoknya belum tentu bisa diterima, kecuali yang memiliki satu pemahaman dengannya. Ditambahkan Amin, pesantren seperti itu memang sengaja mengincar generasi anak-anak dan muda, karena pada usia seperti itulah dianggap mudah untuk didoktrin.  Jadi, tegas Amin, kuncinya ada di tangan pimpinan pesantren. Kyai, menurutnya, adalah sentral kehidupan pesantren. Kyai adalah nyawa pesantren. "Kalau nyawanya saja sudah mengidap radikalisme maka past

RMI-NU: Peramal Kiamat Kok Dipercaya!

Gambar
PROBOLINGGO— Ketua Robithotul Ma'ahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama (NU) Kota Probolinggo, Jawa Timur, Abdul Aziz, meminta warga untuk tidak terpengaruh oleh ramalan kiamat suku Maya bahwa kiamat jatuh pada Jumat (21/12/2012). Menurutnya, itu hanya isapan jempol dan tidak perlu dikhawatirkan. "Peramal kok dipercaya, jangan percaya. Umat Islam harus berpedoman pada rukun Iman. Ulama masih banyak. Matahari juga tidak terbit dari barat. Imam Mahdi juga belum turun, mau kiamat gimana? Ada-ada saja," katanya, Kamis (20/12/2012). Yang perlu dipikirkan, kata Aziz, bagaimana manusia mempersiapkan diri menghadapi kematian. Pasalnya, tak akan ada yang tahu rezeki, jodoh, dan kematian selain Yang Mahakuasa. Persiapan itu berupa amal jariah dan menumpuk amal kebaikan agar pahala lebih banyak dari dosa. "Orang cerdas itu mengisi waktu luang dengan ibadah. Ajaran Nabi Muhammad sangat pas, beribadahlah seakan engkau mati besok, dan bekerjalah seakan engkau akan hi

Kunjungan Pengurus Cabang NU Kab. Tanah Tidung Kalimantan Timur

Gambar
Sekjen RMI-NU menyambut kunjungan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Tanah Tidung, Kalimantan Timur Foto Bersama Pengurus Cabang NU Kabupaten Tanah Tidurng, Kalimantan Utara kiri-kanan: Muchtar Bukoting (PCNU Tanah Tidung), Miftah Faqih (Sekjen RMI-NU), Sayid Mahpud (Ketua PCNU Tanah Tidung), Saparudin (PCNU Tanah Tinggi), dan H. Mustafa (Sekretaris PCNU Tanah Tidung)   Rabu, 19 Desember 2012 Doc. PP.RMI-NU

PP-RMI-NU, WMM Goes to Pesantren: Pesantren and Spirit of Entrepeneurship

Seeing a successful entrepreneur often encourages people to think about going into business for themselves. But, just as they are about to start, most of them get cold feet over the risks they are likely to face. As a result, these would-be businesspeople never even get past the first hurdle. This was what happened to Asmuni (24), a student of the Qamarul Huda Bagu School of Islamic Theology (STIA) in Central Lombok, West Nusa Tenggara. Brought up from an early age in a pesantren environment, Asmuni never had the courage to start his own business, afraid of the risks he would have to face. "I wanted to start a business, but I was always too afraid. Yes, the fear of running out of capital, not selling anything, the fear of failure, and other fears besides," Asmuni admitted to SINDO daily. The same thing was experienced by Nuraini (19) from the Hadil Islah Bilebante Pesantren in Central Lombok. "I had no idea about how to start up my own business. I had the desir

Rako Prijanto Tertantang "Sang Kyai"

Gambar
SOLO, RMI-NU-  Menangani film  Sang Kyai  yang berlatar belakang kehidupan pesantren menjadi tantangan tersendiri bagi sutradara Rako Prijanto (39). Sepanjang hidupnya, Rako belum pernah mengenyam kehidupan pesantren. Rako juga bukan Nahdliyin atau dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Tantangan yang saya rasakan adalah bagaimana mencerna kultur kehidupan pesantren. Tantangan lainnya, mendapatkan izin dari keluarga besar KH Hasyim Asyari. Namun, riset selama enam bulan membantunya menyelami kehidupan pesantren dan nahdliyin. "Tantangan yang saya rasakan adalah bagaimana mencerna kultur kehidupan pesantren. Tantangan lainnya, mendapatkan izin dari keluarga besar KH Hasyim Asy'ari. Almarhum juga adalah tokoh besar, panutan di NU yang membuat saya harus berhati-hati karena tidak mungkin saya ngarang-ngarang," kata Rako di sela syuting  Sang Kyai  di gedung Dewan Harian Cabang (DHC) '45 di Kota Solo, Jawa Tengah, Minggu (16/12/2012). Syuting di Kota S

Fardhu Wudlu’ (فروض الوضوء) : Kitab Safinah An Najah [Pasal 6]

Gambar
فروض الوضوء ستة: الأول:النية ، الثاني : غسل الوجه ، الثالث: غسل اليدين مع  المرفقين ، الرابع : مسح شيء من الرأس ، الخامس : غسل الرجلين مع الكعبين  السادس:  الترتيب Furuudh Al-Wudhuui Sittatun : Al-Awwalu Anniyyatu, Ats-Tsaani Ghoslu Al-Wajhi, Ats-Tsaalitsu Ghoslu Al-Yadaini Ma'a Al-Mirfaqoini, Ar-Roobi'u Mashu Syaiin Min Ar-Ro'si, Al-Khoomisu Ghoslu Ar-Rijlaini Ilaa Al-Ka'baini, As-Saadisu At-Tartiibu. [Pasal] Fardhu wudlu’ ada 6 : 1) Niat 2) Membasuh wajah 3) Membasuh kedua tangan besert kedua siku 4) Membasuh sebagian dari kepala (kulit/rambut) 5) Membasuh kedua kaki beserta kedua mata kaki 6) Tertib

Syarat sah beristinja (شروط إجزاء الحَجَرْ) : Kitab Safinah An Najah [Pasal 5]

Gambar
شروط إجزاء الحَجَرْ ثمانية: أن يكون بثلاثة أحجار ، وأن ينقي المحل ، وأن لا يجف النجس ، ولا ينتقل ، ولا يطرأ عليه آخر ، ولا يجاوز صفحته وحشفته ، ولا يصيبه ماء، وأن تكون الأحجار طاھرة Syuruuthul Istinjaai Bilhajari Tsamaaniyatun : An Yakuuna Bitsalaatsati Ahjaarin, Wa An Yunqiya Al-Mahalla, Wa An Laa Yajiffa An-Najisu, Walaa Yantaqila, Walaa Yathroa 'Alaihi Aakhoru, Walaa Yujaawiza Shofhatahu Wahasyafatahu, Walaa Yushiibahu Maaun, Wa An Laa Takuuna Al-Ahjaaru Thoohirotan. [Pasal] Syarat sah beristinja’ dengan batu ada 8 : 1. Hendaknya dengan 3 batu 2. (Ketiga batu) bisa membersihkan tempat (najis) 3. Najis belum kering 4. Najis belum berpindah ke tempat lain 5. Tidak bercampur dengan najis lain 6. Tidak melampaui Hasyafah (bila kencing) 7. Tidak terkena air 8. Harus dengan batu yang suci

Tanda-tanda Baligh (علامات البلوغ) : Kitab Safinah An Najah [Pasal 4]

Gambar
علامات البلوغ ثلاث : تمام خمس عشرة سنه في الذكروالأنثى ، والاحتلام في الذكر والأنثى لتسع سنين ، و الحيض في الأنثى لتسع سنين 'Alaamaatul Buluughi Tsalaatsun : Tamaamu Khomsa 'Asyaro Sanatan Fidzdzakari Wal Untsaa, Wal Ihtilaamu Fidzdzakari Wal Untsaa Litis'i Siniina, Wal Haidhu Fil Untsaa Litis'i Siniina. [Fasal] Tanda-tanda baligh ada 3 :  (1) usia sudah mencapai 15 tahun baik laki-laki maupun perempuan  (2) bermimpi keluar sperma (mimpi basah) baik laki-laki maupun perempuan (3) Haid bagi perempua karena (berumur) 9 tahun.

Pesantren, Warisan Pendidikan Akhlakul Karimah Asli Indonesia

Gambar
Akar dan Sejarah Pesantren Saya ingin mengawali tulisan sederhana ini dengan menyuguhkan akar dan sejarah awal munculnya pesantren di Indonesia. Penting diketahui, awal munculnya pesantren ini tidak bisa lepas daripada ketika awal masuknya Islam ke Indonesia yakni antara abad ke-11 dan 14. Pada abad itulah merupakan tonggak sejarah baru sebagai bagian dari proses paling penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Zamakhsyari Dhofier (2011: 27), penulis buku Tradisi Pesantren bahkan lebih jauh berpendapat bahwa masa transisi dari peradaban Hindu Budha Majapahit ke masa periode pembangunan Peradaban Melayu Nusantara, merupakan periode penting dalam sejarah bangsa Indonesia yang menentukan arah pembangunan peradaban Indonesia modern memasuki periode millennium ketiga, namun sayangnya banyak sejarawan yang ingin menghilangkan masa periode yang penting tersebut.  Pernyataan di atas kiranya dapat menunjukkan bahwa, tidaklah berlebihan jika pesantren merupakan lembaga pendidikan asli prod