Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

PERAN NAHDLATUL ULAMA MENGAWAL BANGSA: REFLEKSI HARLAH NU KE-88

Gambar
PERAN NAHDLATUL ULAMA MENGAWAL BANGSA -- REFLEKSI HARLAH NU KE-88-- Pandji-pandji Nahdlatul Ulama 1926 Tjiptaan KH. Ridwan, Bubutan Surabaya Dalam fakta sejarah Indonesia, tidak bisa dipungkiri bahwa peran dan konstribusi NU (Nahdlatul Ulama) kepada bangsa ini sangatlah besar. Pada hari Jum’at kemarin, tanggal 31 Januari dalam hitungan kalender masehi, merupakan hari lahir NU yang ke-88, dimana NU secara resmi lahir pada tanggal 31 Januari 1926.  Dalam perjalanannya, sebagai organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia, rasa memiliki dan tanggung jawab NU terhadap bangsa ini sangatlah kuat, baik secara Jam’iyyah / kelembagaan, maupun Jama’ah /umat NU. Fakta tersebut bisa kita lihat dari perjuangan para kyai dalam memperjuangkan tanah air sebelum kemerdekaan, pun upaya mereka dalam mempertahankan bentuk NKRI pasca kemerdekaan. Apa yang selama ini sudah dilakukan NU bukanlah hanya sekedar basa-basi atau pencitraan belaka, tetapi memang muncul dari tekad yang terdalam

Selamat Milad Nahdlatul Ulama ke-88 (31 Januari 1926 - 31 Januari 2014)

Gambar
Selamat Milad Nahdlatul Ulama ke-88 (31 Januari 1926 - 2014). "Met milad NU ke-88 (31 Januari 1926 - 31 Januari 2014). [ ] Semoga terus istiqamah dalam mengusung 'khitthah nahdhiyyah' demi menebar nilai-nilai kemashlahatan yang universal dalam beragama, berbangsa, dan bernegara di bumi nusantara."  Mc Khalil    Pesan Hadratus Syeik KH. Hasyim Asy'ari "Siapa yang mau mengurusi NU, saya anggap ia santriku. Siapa yang jadi santriku, saya doakan husnul khatimah beserta anak-cucunya" Design Cover Timline Facebook - Edisi Harlah Nahdlatul Ulama ke 88 31 Januari 1926-2014 Image: Mc Khalili Dimensi: 941 x 360px

Islam Nusantara di Tengah Gelombang Puritanisme

Gambar
"Model-model dakwah yang dilakukan oleh Wali Sanga (wali sembilan) merupakan contoh yang sangat populer tentang proses Islamisasi yang melalui persuasi, adaptasi, dan akomodasi. Dan bukan melalui jalan konfrontasi dan penaklukan secara paksa." Indonesia Masa Kesultanan image: google  Islam Nusantara sebagai praktik keagamaan di Indonesia sebelum maupun sesudah kemerdekaan pada dasarnya memiliki karakteristik yang khas: moderat, toleran, dan akomodatif. Karakteristik ini bukan sesuatu yang aneh, karena persis seperti dinyatakan Khaled Abou el Fadl, Al-Qur’an memerintahkan umat Islam untuk menjadi orang-orang yang moderat. Lebih jauh lagi, hadits-hadits Nabi meriwayatkan bahwa manakala dihadapkan pada dua pilihan ekstrem, Nabi selalu memilih jalan tengah. Dengan kata lain, Nabi selalu dilukiskan sebagai sosok moderat yang cenderung menolak terjatuh pada kutub ekstrem. Itulah sebabnya, menurut Abou el Fadl, mayoritas kaum muslim adalah moderat. Moderasi menggambar