Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2011

Pesantren Semakin Terbuka

Gambar
Sleman – Pondok Pesantren (Ponpes) semula hanya dipahami sebagai lembaga untukmempelajari mengenai agama. Dewasa ini, pengertian Ponpes semakin terbuka,karena lembaga ini juga memasukan unsur pendidikan dan pengajaran umum. Dalam SarasehanPimpinan Pondok Pesantren se-DIY, Pengasuh Ponpes Mahasiswa Ali Maksum,Krapyak, Abdul Ghofur Maemun, Pakar Ilmu Tafsir Waryono Abdul Ghafur sertaPengasuh Ponpes Hamfara Muhammad Ismail Yusanto berbagi mengenai perkembanganPonpes di DIY. Menurut ketiganyasaat ini Ponpes berkembang semakin luas karena turut berbagi mengenai berbagaiilmu yang berguna bagi masyarakat. Adapun, salah satu pendidikan yang kinidiperkenalkan ialah memperbaharui kurikulum ponpes dan mengajarkan usaha-usahaekonomi produktif. Ismailmenjelaskan dengan perkembangan tersebut, muncul berbagai perspektif penafsiran.Untuk itu dialog seperti ini sebaiknya rutin dilakukan agar terjadi komunikasiyang strategis sehingga tidak timbul konflik. "Jika UIN bisa memfasilitasipertemuan seper

Said Aqil: Revolusi Perilaku Korupsi Melalui Semangat Hijriyah

Gambar
Said Aqil Siradj REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemimpin dan masyarakat Indonesia seharusnya dapat menjadikan momentum tahun baru hijriah sebagai usaha untuk melakukan perbaikan. Perilaku korupsi yang sudah melekat dengan pejabat dan birokrat di negeri ini harus dapat direvolusi secara moral melalui semangat dalam menyambut 1 Muharam 1433 H. Demikian pendapat Ketua Pengurus Besar Nadhatul Ulama (NU), Said Aqil Siradj. ''Kita umat Islam yang pernah punya sejarah gemilang, seharusnya bisa mengembalikan lagi semangat tamadun yang pernah dibangun oleh Rasulullah,'' kata Said Aqil Kang Said, demikian sapaan Said Aqiil, datangnya tahun baru Hijriah seharusnya bisa dijadikan momentum oleh umat Islam untuk bisa memperbaiki diri. ''Kalau masih ada pejabat atau pemimpin Muslim masih korupsi maka hal itu sama saja mencoreng martabat umat Islam secara keseluruhan,'' ujarnya. Ia mengajak para pemimpin di negeri ini untuk melakukan intropeksi diri terhadap segala perilaku

Meninjau Kembali Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Ulama

Gambar
Banyak orang,kadang-kadang bahkan ahli pendidikan, tidakkenal pe­santren. Mereka menyangka bahwa pe­ santren adalah sarang kekolotan, pesan­ tren sarang konservatisme, dan merek- merek keterbelakangan lain. Tetapi bagi pengamat perkembanganmasyarakat di Indonesia ini orang akan mengetahui bahwa tidak sedikit ulama-ulama, pe mimpin-pemimpin di Indonesia dilahir kan olehpesantren. Mengapadari pesantren itu lahir ulama-ulama atau pemimpin-pemimpin masyarakat?Barangkali hal ini dapat dilihat dari sistim pendidikan yangada di pesantren itu. Di antara ciri-ciri pen­didikan dipesantren itu ialah : Adanya hubungan yang akrab antara murid (santri) dengan Kyai. Kyai itu memperhatikan sekali kepada santri nya. Hal ini dimungkinkan karena mereka tinggal dalam satu pondok atau kampus; Tunduknya santri kepada Kyai. Pa­ ra santri menganggap bahwa menen tang Kyai selain dianggap kurang so pan juga bertentangan dengan ajaran agama; Hidup hemat dan sederhana benar- benar dila

Pesantren Bukan Akar Radikalisme

Gambar
facebook.com/pages/I-LOVE-AL-ZAYTUN Ilustrasi : Pondok Pesantren AL Zaytun di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. TERKAIT: Atasi Radikalisme Agama dengan Kesejahteraan Tangkal Radikalisme, Pemerintah Kaji Konten Media Demokrasi dan Deradikalisasi Baitul Muslimin untuk Tangkal Radikalisme JAKARTA, KOMPAS.com  - Setara Institute mengungkapkan dari hasil survei di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta secara umum 1.200 responden menganggap pesantren bukan tempat persemaian gerakan Islam radikal. Hal ini diungkapkan melalui pendapat 63,6 persen responden di wilayah tersebut yang menyatakan pesantren bukan akar dari radikalisme. Seandainya pun terdapat pesantren yang dijadikan basis persemaian gerakan Islam radikal, jumlahnya tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan pesantren pada umumnya -- Bonar Tigor Naipospos "Seandainya pun terdapat pesantren yang dijadikan basis persemaian gerakan Islam radikal, jumlahnya tidak terlalu signifikan dibandingk

Seminar Budaya Damai Melalui Pesantren - RMI

Gambar
Sambutan KH. Dr. As'ad Said Ali (Wakil Ketua Umum PBNU) Seminar Penguatan Budaya Damai Melalui Pesantren 28 Juni 2011

Workshop IT Bagi Pondok Pesantren

Gambar
Dr. Agus Zaenal Arifin memberikan materi dalam Workhsop IT Bagi Pondok Pesantren, Serang 18 Februari 2011

Warga NU Gelar Kirab Revolusi Jihad

Gambar
REUTERS/Supri Surabaya  - Sekitar 300 warga Nahdlatul Ulama yang terdiri dari kalangan pesantren, pengurus NU tingkat pusat hingga daerah, dan beberapa badan otonom NU, Minggu, 20 November 2011, akan menggelar Kirab Resolusi Jihad NU . Perserta kirab melakukan perjalanan dari Surabaya menuju ke Jakarta. "Kirab memakan waktu enam hari lima malam,” kata Koordinator Kirab, Imam Nahrowi, ketika menggelar keterangan pers Jum’at sore, 18 November 2011. Kirab dimulai pukul 09.00 WIB dari halaman kantor DPC NU Kota Surabaya di Jalan Bubutan. Di tempat ini para ulama NU merumuskan Resolusi jihad NU yang dicetuskan 25 Oktober 1945. Rsolusi tersebut menjadi pelecut semangat perjuangan memerangi Belanda yang membonceng Inggris untuk menyerang Surabaya. Peserta kirab akan membawa tiga bendera, yaitu bendera merah putih, bendera NU, serta bendera  mu'tabarah an-nahdliyah  ( thoriqoh  yang dianut warga NU). Ketiga bendera itu menjadi benda sakral karena melewati proses penyucian. Sembilan or

Radikalisme dan Kebudayaan

Ketika bom-bom mulai banyak diIndonesia sejak 1999,dengan bom gereja yang berlanjut dengan Bom Bali I dan IIsampai Bom Marriot I (2003), pemerintah, khususnya aparat kepolisian, belumtahu motif pelaku, latar belakang permasalahan, dan siapa-siapa yang berada dibalik terorisme ini.  Bahkan sempat berkembang teorikonspirasi Amerika Serikat-Kristen yang mendalangi terorisme di Indonesia.Katanya tidak mungkin Imam Samudra dan kawankawan membuat bom sehebat itu, yangmenurut gambar foto atau video amatir (yang konon bisa dipercaya) ledakannyamembuat bentuk cendawan, seperti bom atom Hiroshima. Namun Bom Bali Iterbongkar dengan teknologi pinjaman dari Australia dan negara lain.  Walaupun dengan disertai otakpolisi Indonesia.Tapi setelah itu Polri mendapat pengalaman yang sangatberharga dan dibentuklah Satgas Bom dan kemudian Densus 88.Dengan adanya satuankepolisian yang mengkhususkan diri pada terorisme, akhirnya bukan hanyajaringan terorisme yang bisa dibongkar dan dikendalikan (jumlah merek