Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2011

Dari Puritanisme ke Radikalisme

Gambar
P3M - Musim berburu teroris sedang bertalu-talu. Perburuan terhadap teroris terus digencarkan oleh aparat kepolisian lewat Densus 88. Penggerebekan demi penggerebekan terus dilakukan. Hingga kini masih ada DPO-DPO teroris yang belum tercokok. Kematian Osama bin Laden tak mengendurkan ”jihad” melawan terorisme. Toh, makin tersingkap masih banyaknya ”gerakan bawah tanah” kelompok teroris yang bersiap melancarkan aksinya. Ini pertanda bahwa teroris masih bercokol di negeri kita. Upaya ”sikat habis” teroris masih akan berlanjut. Generasi Baru Berbagai penemuan bom pada 2011 ini menunjukkan bahwa generasi baru pelaku aksi terorisme telah lahir di negeri ini. Lebih dari itu, berbagai kasus bom itu juga membuktikan bahwa Indonesia kini sudah menjadi medan perang baru bagi pelaku aksi terorisme. Ya, diakui bahwa jaringan terorisme terus tumbuh di Indonesia. Pertumbuhan jaringan terorisme kini bahkan melahirkan generasi baru dengan ideologi, modus, dan sasaran serangan yang ber

Pemikiran Wahid Hasyim Perlu Dikaji

Gambar
P3M, Yogyakarta - Hasil pemikiran Kiai Haji Abdul Wahid Hasyim perlu selalu menjadi perhatian dan kajian. Pengamat sosial keagamaan dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Akhmad Minhaji, mengatakan, hal itu perlu dilakukan, karena negara dan bangsa ini tidak akan pernah lepas dari jasa Kiai Haji (KH) Abdul Wahid Hasyim. Pada peluncuran dan bedah buku KHA Wahid Hasyim: Sejarah, Pemikiran, dan Baktinya bagi Agama dan Bangsa di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Sabtu (7/5), dia mengatakan, nama Wahid Hasyim bisa saja tenggelam di antara nama Abdurrahman Wahid dan Hasyim Asy'ari. Akan tetapi, hasil pemikirannya bak mutiara tersembunyi yang selalu siap menyelesaikan permasalahan umat, bangsa, dan negara. "Hasil pemikiran mantan Menteri Agama itu dituangkan dalam beberapa bidang, di antaranya mengenai hukum Islam, pendidikan Islam, pesantren dan modernitas, tasawuf, keagamaan, politik, dan psikologi," katanya. Ia mengatakan, sebagai oran

Sumbangan Pesantren Dalam Pendidikan Karakter

Gambar
Pondok pesantren sejak lama dikenal sebagai lembaga pendidikan yang memberikan kontribusi dalam mewujudkan masyarakat yang memiliki akhlak mulia. Karena di pondok pesantren, pengajaran tentang akhlak mulia dilakukan sejak dini. Sejak seorang anak mulai masuk menjadi santri di pesantren, sampai lulus dari pesantren, bahkan sampai hidup di tengah-tengah masyarakat dan menjadi pemimpin masyarakatnya, hubungan antara pesantren dengan santri tidak terputus begitu saja. Seorang Kiyai masih memberikan konsultasi dan melakukan pengawasan kepada santri yang sudah melakukan pengabdian di masyarakat, baik dalam dunia pendidikan maupun dalam dunia lainnya. Keputusan-keputusan penting dalam melangkah di masyarakat masih melibatkan Kiyai-nya. Keteladanan, ketabahan, keikhlasan, progresifitas (iqdam), sikap moderat, mencintai sesama, memelihara lingkungan, membangun kemandirian serta ketakwaan kepada Sang Pencipta adalah sikap-sikap yang dikembangkan dalam

Pesantren Al-Huda Mlangi Gamping Sleman

Gambar
KH. Mukhtar Dawam Pesantren al-Huda dirintis dan diasuh oleh Kyai Muchtar sejak tahun 1958, putra Kyai Dawami, seorang alim yang memimpin pesantren al-Miftah. Pada awalnya, Muchtar membantu ayahnya di Pesantren itu. Sesudah menikah, ia kemudian pindah ke tempat tinggal istrinya, di Mlangi juga, di sini ia mendirikan Pesantren al-Huda. Santrinya sebagian santri al-Miftah yang pernah ia didik sebelumnya. Kompleks pesantren menempati tanah wakaf seluas 1300 m2. Bangunan yang terdapat di sini terdiri dari sebuah masjid, 8 lokal asrama santri putra, empat local asrama santri putrid, rumah Kyai yang sebagian digunakan tempat mengaji dan beberapa bangunan lain untuk keperluan MCK. Semua bangunan ini merupakan bangunan lama yang didirikan sejak 1958 dan belum pernah mengalami pemugaran. Pada tahun 1982/1983, santri mukim di pesantren ini berjumlah 70 orang, 50 putra dan 20 putri. Mereka umumnya datang dari beberapa kota di Jawa Tengah, DIY, sedikit dari Jawa Barat dan Jawa Timur. Jug

Seminar Pendidikan Pondok Pesantren - Mataram, 18-20 Mei 2011

Gambar
KH. Said Aqil Siraj (Kanan) memberikan materi pada Seminar Pendidikan Pondok Pesantren, Mataram, 18-20 Mei 2011 yang diselenggarakan Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dengan Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama

Asad Said: Negara Harus Tegas Menindak Gerakan Anti Pancasila

Gambar
Jakarta, Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) “Negara pada dasarnya mempunyai kewenangan yang kuat untuk melakukan tindakan hukum bagi gerakan-gerakan yang mempunyai ideologi politik yang secara nyata bertentangan dengan  Pancasila,” tegas Wakil Ketua Umum PBNU, H. Asad Said Ali, pada Seminar Pendidikan Pondok Pesantren Kerjasama Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat dengan Rabitah Ma’ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama (RMI-NU), Hotel Gran Legi, Mataram, 19 Mei 2011. Dalam konteks pribadi, menurut Asad, bisa mengunakan KUHP tentang kejahatan terhadap negara. Dalam konteks keormasan, bisa menggunakan UU No.8/1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Sedangkan dalam konteks partai politik bisa menggunakan UU No.2/2008 tentang Partai Politik. “Persoalannya  tinggal  komitmen negara dalam melaksanakan peraturan perundangan,” lanjut Asad. Dalam seminar ini, Mantan Wakil Kepala BIN ini menjelaskan panjang lebar tentang peta geneologi

Darunnajah, Ulujami Kebayoran Lama Jakarta Selatan

Gambar
P3M, Jakarta --Madrasah Islamiyah Petunduhan Palmerah, Jakarta Selatan, yang dibangun tahun 1940, dibongkar tahun 1950. Karena yang ditempati akan digunakan untuk perluasan kompleks olah raga Senayan, dalam rangka Asian Games. Sebagai gantinya pihak madrasah membeli seluas 5 ha di Ulujami. Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Islam pada tahun 1974 mendirikan pesantren Darrunnajah. Perintis pesantren ini adalah Drs. H. Machrus Amin, pernah mondok di Gontor, Ponorogo dan kemudian menamatkan studi di IAIN Jakarta. Pada awalnya Kyai Mahrus Amin hanya mengembangkan system madras, terdiri dari SD, Tsanawiyah, dan Aliyah. Baru Kemudian diselenggarakan pengajian kitab secara wetonan bandungan. Pelajaran madrasah disesuaikan dengan kurikulum negeri; ditambah dengan beberapa kitab, antara lain Bulughul Murom, Subulus Salam, Ajurumiyyah, dan Bidayatul Mujtahid. Sedangkan dalam pengajian setiap sore memakai Fathul Qarib dan Tafsir Jalalain. Di tahun ajaran 1984, santri/murid seluruhnya berjumlah 880 o

Sejarah Terang Pesantren

Gambar
Dalam konteks budaya dan pendidikan istilah pesantren sudah sangat lekat dan dekat di hati umat, tentunya sebagai intitusi keislaman tertua di Indonesia. Pesantren biasanya dikatakan juga dengan sebutan pondok pesantren. Pondok pesantren merupakan gabungan dari kata pondok dan pesantren. Kata pondok berasal dari kata Arab funduq, yang berarti hotel atau asrama. Sedangkan kata pesantren, merupakan bentukan dari kata ”santri” yang mendapat affix ”pe-an” menjadi ”pesantrian”. Ada yang mengungkapkan, kata santri sendiri berasal dari kata ”chantrik”, yang berarti orang yang sedang belajar kepada seorang guru, sehingga pesantren diartikan tempat belajar para santri. Dengan demikian, pengertian pondok pesantren adalah tempat belajar para santri yang dilengkapi dengan tempat pemondokan atau asrama. Istilah pesantren sebagai lembaga pendidikan yang khas di Jawa sama tuanya dengan penyebaran Islam di nusantara. Dalam kanteks pendidikan Islam di Sumbar, pesantren baru memasyarakat

Pesantren Attahiriyah Bukit Duri Jakarta Selatan

Gambar
Pada awalnya, Kyai Tahir Rohily yang lama bermukim di Makkah, mendirikan beberapa kamar untuk menampung para pelajar sekolah. Kamar-kamar penampungan yang kemudian ditingkatkan menjadi asrama putra-putri itu terletak bersebelahan dengan masjid tempat kyai Tahir menyelenggarakan majelis taklim. Kyai Tahir bersama Drs. HM Syatiri Ahmad menantunya adn Dra. Hj. Suryani Tahir puterinya, berusaha agar para pelajar yang menempati asrama, memperoleh pendidikan agama. Maka kemudian diselenggarakan pengajian kitab secara sorogan . Dalam perkembangan selanjutnya, Kyai Syatiri mencoba mengembangkan sistrem madrasah yang kemudian menjelma menjadi Madrasah Tsanawiyah, Aliyah, dan Universitas Attahiriyyah. Sesudah itu menyusul Madrasah Ibtidaiyah. Majelis taklim yang sudah ada tetap dipertahankan dan dikembangkan hingga menjadi salah satu majelis taklim terkenal di Jakarta. Melalui majelis taklim ini, pengajian kitab terbuka bukan hanya bagi pelajar, tetapi juga untuk umum.  Untuk tahun ajaran 1984,