Insyaallah 29 April 2014 Terjadi Gerhana Matahari (Cincin)

Insya Allah pada tahun 1435 H atau 2014 M akan terjadi 4 kali gerhana, yaitu 2 kali gerhana bulan total, 1 kali gerhana matahari cincin, dan 1 kali gerhana matahari sebagian.

Pertama, Gerhana Bulan Total, Selasa Wage,15 Jumadal Akhiroh 1435 H./15 April 2014 M. Pukul 06:00 UT (13:00 WIB) sampai 09:35 UT (16:35 WIB.). Gerhana bulan ini meliputi Australia, Pasific, Indonesia Timur, Afrika Barat dan Amerika. Sementara itu Asia, Timur Tengah, Eropa, Afrika Tengah dan Afrika Timur tidak mengalami gerhana karena pada saat gerhana terjadi wilayah tersebut masih siang hari dan bulan masih di bawah ufuk. Wilayah Indonesia bagian barat, termasuk Surabaya juga tidak mengalami gerhana. Adapun wilayah Indonesia yg mengalami gerhana adalah wilayah Indonesia Timur yaitu Maluku dan Papua. Dari wilayah tersebut gerhana hanya bisa diamati menjelang akhir gerhana karena saat awal dan tengah gerhana, bulan masih dibawah ufuk timur. Berikut kronologi gerhana dilihat dari Indonesia Timur dengan waktu WIT :

Kedua, gerhana matahari cincin terjadi pada hari Selasa Pon, 29 Jumadal Akhiroh 1435 H atau 29 April 2014 M. Secara global gerhana berlangsung mulai pukul 03:52:38 UT (10:52:38 WIB) sampai pukul 08:14:29 UT (15:14:29 WIB). Gerhana terlihat seperti cincin hanya di daratan Antartika (kutub selatan) dengan durasi 49 detik melintasi wilayah Antartika, selain wilayah tersebut, gerhana hanya terlihat sebagai gerhana parsial, meliputi selatan Samudera Hindia, seluruh Benua Australia, pesisir selatan pulau Jawa serta Nusa Tenggara.

Ketiga, gerhana Bulan Total, Rabu Kliwon, 14 Dzulhijjah 1435 H./ 8 Oktober 2014 jam 09:16 UT (16:16 WIB) sampai 12:35 UT (19:35 WIB). Gerhana bulan ini meliputi Australia, Asia dan Amerika. Sementara itu Timur Tengah, Eropa, dan Afrika tidak mengalami gerhana karena pada saat gerhana terjadi wilayah tersebut masih siang hari dan bulan masih dibawah ufuk. Indonesia tengah dan timur bisa mengamati semua proses gerhana ini, sementara Indonesia barat awal gerhana tidak bisa diamati karena bulan belum terbit

Keempat, gerhana Matahari Sebagian, Jum’at Legi, 29 Dzulhijjah 1435 H./24 Oktober 2014 M. Secara global gerhana berlangsung mulai pukul 19:34:55 UT (02:34:55 WIB) sampai pukul 23:48:25 UT (06:48:25 WIB). Gerhana meliputi Pasifik Utara dan Amerika Utara, sementara Amerika Serikat, Asia(termasuk Indonesia), Timur Tengah, Afrika, Australia dan Eropa tidak mengalami gerhana sama sekali.


Proses Gerhana Matahari Cincin 29 April 2014


Secara global proses gerhana matahari cincin pada hari Selasa Pon, 29 Jumadal Akhiroh 1435 H atau 29 April 2014 M. sebagai berikut :

Kontak Awal Panumbra : 03:52:38 UT (10:52:38 WIB)

Kotak Awal Umbra : 05:57:35 UT (12:57:35 WIB)

Tengah Gerhana : 06:03:25 UT (13:03:25 WIB)

Akhir Kontak Umbra : 06:09:36 UT (13:09:36 WIB)

Kontak Akhir Panumbra : 08:14:29 UT (15:14:29 WIB)

Gerhana terlihat seperti cincin hanya di daratan Antartika (kutub selatan) dengan durasi 49 detik melintasi wilayah Antartika, selain wilayah tersebut, gerhana hanya terlihat sebagai gerhana parsial, meliputi selatan Samudera Hindia, seluruh Benua Australia, pulau Jawa bagian selatan serta Nusa Tenggara.

Wilayah Indonesia yang terlintasi gerhana hanya sebagian selatan Jawa Tengah, Jawa Timur bagian selatan, Bali, Lombok, dan Nusa Tenggara. Kota Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang dan Surabaya tidak mengalami gerhana sama sekali. Dari kota-kota di Indonesia yang terlintasi gerhana, piringan matahari yang tertutup bayangan bulan berkisar 0,07% sampai 6,18%. Sedangkan dari pesisir selatan Jawa Tengah dan Jawa Timur berkisar 0,1% sampai 2,32%.

Walaupun magnitude gerhananya sangat kecil dilihat dari Indonesia akan tetapi momen ini justru sangat penting bagi pegiat hisab rukyat untuk mencroscek ketelitian sebuah perhitungan, dengan peristiwa gerhana, sedikit banyak kita bisa membuktikan perhitungan ijtimak toposentris yang tidak bisa dibuktikan jika tidak terjadi gerhana, karena posisi bulan saat ijtimak dekat dengan matahari yang intensitas ansi lumennya berjuta-juta kali dibanding illuminasi bulan, juga karena pada saat ijtima’ permukaan bulan yang bercahaya menghadap matahari sementara permukaan bulan yang tidak bercahaya menghadap bumi, sehingga permukaan bulan saat ijtima’ tidak bisa dilihat dari bumi, kecuali pada momen gerhana.

Proses kontak awal gerhana, tengah gerhana dan akhir gerhana matahari dilihat dari satu kota akan berbeda dengan kota yang lainnya. Hal ini berbeda dengan gerhana bulan yang proses kontak awal, tengah dan akhir gerhana hampir serentak untuk seluruh permukaan bumi, hanya berbeda jamnya karena faktor time zonenya saja. Namun sayangnya informasi gerhana matahari yang selama ini terpampang di kebanyakan kalender di Indonesia adalah masih global (geosentris), padahal perhitungan gerhana matahari model geosentris sangat jauh dari kenyataan jika diamati dari sebuah titik di permukaan bumi, selisihnya bisa 2 sampai 3 jam dengan kenyataan.

Karena pertimbangan lokasi paling strategis untuk pengamatan gerhana ini di pulau Jawa adalah Banyuwangi, maka, penulis bersama pegiat hisab rukyat Lajnah Falakiyah NU Gresik, Lajnah Falakiyah Lanbulan (LAFAL) serta Lajnah Falakiyah Annuriyah II Jember melakukan pengamatan gerhana matahari di Banyuwangi Jawa Timur, tepatnya di Pondok Pesantren Mamba’ul Huda Krasak Tegalsari Banyuwangi.

Menurut perhitungan, dari lokasi tersebut awal gerhana terjadi pada pukul 13:46:27 WIB, tengah gerhana pukul 14:06:07 WIB dan akhir gerhana pukul 14:25:34 WIB, durasi gerhana 00:39:07 jam dengan magnitude gerhana 0,0232 (2,32 %).

Persiapan Observasi Gerhana Matahari


1. Tentukan lokasi yang bisa menerima sinar matahari pada saat gerhana terjadi, pastikan, dari lokasi yang ditentukan, pandangan ke azimut 296-303 irtifak 38-48 terbebas dari halangan apapun.

2. Siapkan jam/arloji digital yang sudah dicocokkan waktunya secara tepat dengan GPS (global position system) atau melalui internet http://wwp.greenwichmeantime.com atau http://time.is

3. Set sytem jam yang ada di semua peralatan dokumentasi, baik laptop, kamera maupun shoting, sehingga dokumentasi tersimpan secara utuh sesuai dengan jam dan tanggal pembidikan.

4. Bagi perukyat dengan mata telanjang, siapkan kacamata khusus matahari untuk meredam sinar matahari kontak langsung dengan mata kita, kalau tidak ada kacamata khusus, maka bisa pakai negatif film atau film dari bekas disket komputer 3 inchi atau 5 inchi.

5. Bagi yang pakai kamera, shoting, teleskop, maupun theodolite jangan lupa menutup lensa obyektifnya dengan filter matahari untuk meredam sinar matahari kontak langsung lensa teleskop. Kalau tidak ada filter khusus, maka bisa pakai negatif film atau film dari bekas disket komputer 3 inchi atau 5 inchi.

6. Pasang triport kamera, theodolite maupun teleskop dengan benar sehingga tatakan teleskop benarbenar level secara horisontal

7. Pasang proyektor untuk memproyeksikan secara live proses gerhana sehingga bisa diamati secara bersama-sama

8. Pastikan semua peralatan sudah sudah siap dipakai 1/2 (setengah) jam sebelum detik-detik awal kontak umbra menurut perhitungan hisab tadqiqi.

9. Untuk mengantisipasi melesetnya data hisab perhitungan gerhana, maka rekamlah secara kontinyu proses gerhana, minimal 1/4 (seperempat) jam sebelum detik-detik awal kontak umbra menurut perhitungan hisab tadqiqi sampai proses gerhana benar-benar selesai.

10. Disampaing dokumentasi dalam format video, untuk mendapatkan citra gerhana yang maksimal usahakan dokumentasi dalam formta foto, ambil gambar 1/4 (seperempat) jam sebelum gerhana secara kontinyu sesering mungkin, khususnya detik-detik awal dan akhir gerhana.

11. Catat semua proses gerhana mulai detik awal sampai akhir gerhana dari jam, menit maupun detik sehingga menjadi bukti empiris untuk validasi sebuah hepotisis perhitungan gerhana yang presisi.



Ibnu Zahid Abdo el‐Moeid, Dewan Pakar Lajnah Falakiyah NU Gresik



Post: NU Online
Link: http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,14-id,51616-lang,id-c,teknologi-t,Gerhana+Matahari+29+April+2014-.phpx

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Muqaddimah Pidato/Ceramah di Kalangan Nahdlatul Ulama

Membaca Wirid Dan Doa Setelah Shalat

BENARKAH KEPUTUSAN MUKTAMAR NU I DAN KITAB I’ANAT ATH-THALIBIN MELARANG TAHLILAN?