Al Qur’an dan Terjemahnya Dari Depag RI Telah Diubah Oleh Salafi Wahabi
Al-Qur'an dan terjemahannya dar Kementrian Agama RI |
Al Qur’an dan Terjemahnya Dari Depag RI Telah Diubah Oleh Salafi Wahabi
Perhatikan
dengan baik foto Al-Qur’an yang ada di atas. Anda
mungkin sering melihat mushaf Al-Qur’an dengan gambar cover seperti itu
atau bahkan anda memilikinya di Rumah. Mushaf Al-Qur’an dengan judul
tulisan AL QUR’AN DAN TERJEMAHNYA seperti gambar itu dikemas dengan
bagus dan indah, tulisannya pun mudah dibaca, dan dilengkapi dengan
terjemah serta tafsir Qur’an dalam Bahasa Indonesia. Dan yang paling
menggiurkan adalah mushaf itu diberikan dan dibagi-bagikan gratis oleh
Kerajaan Arab Saudi kepada umat Islam khususnya di Indonesia, Singapura,
dan Malaysia, yang memahami Bahasa Melayu.
Namun, dibalik kemasannya yang menarik
dan gratis, ternyata kitab Al Qur’an Terjemahnya terbitan Arab Saudi
yang menganut paham Salafi Wahabi itu menyimpan racun yang dapat merusak
aqidah umat Islam yang menganut paham Ahlussunnah wal Jama’ah. Mungkin
ada yang bertanya kenapa bisa begitu?
Pada postingan sebelumnya telah
dijabarkan dengan jelas tentang bahaya kitab Al-Qur’an dan Terjemahnya
tersebut. Silahkan simak kembali paparannya dalam tulisan yang berjudul “Hati-Hati Dengan Mushaf Al-Qur’an Terjemah Terbitan Kerajaan Arab Saudi“.
Yang mempunyai mushaf kitab seperti pada
gambar itu, silahkan buka Surat al-Baqarah ayat 255 atau dikenal dengan
sebutan Ayat Kursi, lalu perhatikan bagian Footnote (catatan kaki) di
bagian bawah halaman. Pada bagian footnote dalam mushaf Al Qur’an dan
Terjemahnya yang diterbitkan Arab Saudi tertulis:
“Kursi dalam ayat ini oleh sebagian mufassir mengartikan Ilmu Allah, ada juga yang mengartikan kekuasaanNya. Pendapat yang shahih terhadap makna “Kursi” adalah tempat letak telapak Kaki-Nya.”
Perhatikan tulisan yang berbunyi “Pendapat yang shahih terhadap makna ‘Kursi’ adalah tempat letak telapak Kaki-Nya”. Lafadz “Kursi” dalam ayat itu diartikan sebagai “Tempat telapak kaki Allah SWT”.
Ini jelas tafsiran yang membahayakan dan sangat berbahaya bagi aqidah
ahlussunnah wal jama’ah. Itu adalah tafsiran kelompok yang mempunyai
aqidah mujassimah atau aqidah tasybih atau aqidah yang menyerupakan
Allah SWT dengan makhluk atau aqidah yang meletakan sifat Allah
mempunyai anggota tubuh (jisim). Maha Suci Allah dari segala apa yang
mereka sifatkan atas penyifatan makhluk kepada DzatNya.
Sebagai umat Islam yang berada di jalan
yang lurus beraqidah Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) tidak mungkin
menyifatkan Allah SWT menyerupai makhlukNya.
Firman Allah SWT:
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat“. (Qur’an Surat Asy-Syura: 11).
Allah SWT itu ada dan tidak serupa
dengan makhluk ciptaanNya. Tiada suatu apapun yang serupa dan sebanding
dengan Allah SWT. Sedangkan “Telapak kaki” itu merupakan makhluk ciptaan
Allah SWT seperti halnya pada manusia dan hewan. Mustahil sama sekali
dan sungguh tidak mungkin bagi kita yang beraqidah Ahlussunnah wal
Jama’ah menyatakan bahwa Allah SWT mempunyai “Telapak kaki” yang berarti
Allah SWT serupa dengan makhluk ciptaanNya, atau ada pula yang
menyatakan sebagai “Tempat letak telapak kakiNya” yang berarti Allah
berada di suatu tempat/ membutuhkan tempat padahal Allah itu ada tanpa
tempat dan tidak membutuhkan tempat apalagi bergantung dengan tempat
karena Allah SWT itulah yang menciptakan tempat dan tempat itu sendiri
merupakan makhluk/ ciptaan Allah SWT. Jadi, mana mungkin Allah
membutuhkan/ bergantung pada makhluk/ ciptaanNya sendiri?
Al-’Allamah al-Muhaddits Prof. Dr.
Sayyid Muhammad ibn ‘Alawi al-Maliki al-Hasani dalam kitabnya berjudul
“Qul Haazihi Sabiili”, yang telah diterjemahkan oleh Syeikh Muhammad
Fuad Kamaluddin al-Maliki dengan judul “Inilah Jalanku” menyatakan:
“Sesungguhnya Allah SWT suci dari
dilingkupi oleh waktu dan tempat. Maka Dia tidak disertai oleh suatu
waktu dan tidak ditempati oleh suatu tempat, karena Dia adalah Tuhan
yang menciptakan waktu dan tempat. Bagaimana pula Dia membutuhkan kepada
keduanya?“.
Perubahan/ Penambahan Redaksi Tafsir Al Qur’an Terbitan Arab Saudi (Salafi Wahabi)
Kitab Al Qur’an dan Terjemahnya yang
diterbitkan oleh Kerajaan Arab Saudi penganut paham Salafi Wahabi
sebenarnya adalah kitab Al Qur’an yang menggunakan redaksi terjemah dan
tafsir dari Dewan Penterjemah yang ditunjuk oleh Departemen Agama RI,
yang beranggotakan:
- Prof. T.M. Hasbi Ashshiddiqi
- Prof. H. Bustami A. Gani
- Prof. H. Muchtar Jahja
- Prof. H.M. Toha Jahja Omar
- Dr. H.A. Mukti Ali
- Drs. Kamal Muchtar
- H. Ghozali Thaib
- K.H.A. Musaddad
- K.H. Ali Maksum
- Drs. Busjairi Madjdi
Terjemahan dan tafsir mushaf Al Qur’an
terbitan Arab Saudi memang benar-benar bersumber dari Depag RI dan di
dalamnya juga menyebut terjemahan dan tafsirannya atas nama Dewan
Penterjemah Depag RI. Akan tetapi, setelah ditelusuri ternyata kitab Al
Qur’an dan Terjemah yang disebarluaskan oleh Arab Saudi itu telah
mengalami perubahan/ penambahan/ distorsi yang yang menyimpang dan tidak
sesuai lagi dengan terjemah dan tafsir dari Dewan Penterjemah Depag RI.
Hal ini terungkap setelah kitab Al Qur’an dan Terjemahnya tersebut
dicek ulang dan dibandingkan dengan kitab Al Qur’an dan Terjemahnya dari
penerbit lain. Aksi perubahan/ penambahan/distorsi kitab tafsir Al
Qur’an yang mengatasnamakan Dewan Penterjemah Depag RI bisa jadi bukti
nyata bagaimana kelompok Salafi Wahabi Arab Saudi menghalalkan segala
cara demi menyebarkan pahamnya. Na’udzubillah.
Dusta dan kebohongan kitab Al Qur’an dan
Terjemahnya terbitan dan cetakan Arab Saudi terbongkar setelah kitab Al
Qur’an itu dibandingkan dengan kitab Al Qur’an dan Terjemahnya terbitan
dan cetakan JAMUNU Jajasan Penjelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al
Qur’an cetakan 1967 Departemen Agama RI.
Di dalam Al Qur’an dan Terjemahnya
terbitan Arab Saudi dan JAMUNU, keduanya sama-sama menyebut berasal dari
Dewan Penterjemah Depag RI. Meski sama-sama berasal dari sumber yang
sama yaitu Dewan Penterjemah Depag RI akan tetapi ditemukan ada
perbedaan dalam terjemah tafsirannya.
Salah satunya adalah tentang tafsir Ayat
Kursi (Qur’an Surat Al Baqarah ayat 255). Di dalam Al Qur’an dan
Terjemahnya terbitan Arab Saudi (yang telah mengalami perubahan dari
versi aslinya) tertulis:
“Kursi dalam ayat ini oleh sebagian mufassir mengartikan Ilmu Allah, ada juga yang mengartikan kekuasaanNya. Pendapat yang shahih terhadap makna “Kursi” adalah tempat letak telapak Kaki-Nya.”.
Sedangkan dalam Al Qur’an dan Terjemahnya cetakan JAMUNU (versi asli Depag RI) tertulis:
“Kursi dalam ayat ini oleh sebagian mufassir mengartikan Ilmu Allah, ada juga yang mengartikan kekuasaanNya.”.
Dan lihatlah versi Depag RI yang asli sama sekali tanpa ada teks tambahan “Pendapat yang shahih terhadap makna “Kursi” adalah tempat letak telapak Kaki-Nya.”
seperti yang dicantumkan dalam kitab Al Qur’an dan Terjemahnya terbitan
Arab Saudi. Lalu, darimana tambahan tulisan tersebut berasal? Apakah
benar Depag RI menuliskan tambahan yang demikian? Dan mungkin bisa jadi
ada perubahan/ penambahana lainnya yang menyeleweng dari sumber aslinya.
Silahkan lihat gambar yang ada di bawah ini, lihat bagian footnote
(catatan kaki yang terletak bagian bawah):
Kitab Al Qur’an dan Terjemahnya terbitan Arab Saudi (sudah ada perubahan/ penambahan/ distorsi)
Kitab Al Qur'an dan Terjemahnya Versi Arab Saudi |
Kitab Al Qur’an dan Terjemahnya terbitan JAMUNU (versi asli dari Depag RI)
Al Qur’an dan Terjemahnya terbitan JAMUNU |
Al Qur’an dan Terjemahnya terbitan JAMUNU - Cover |
Ini jelas
telah terjadi penambahan/ perubahan redaksi tafsiran yang
mengatasnamakan Dewan Penterjemah dan Tafsir Al Quràn Departemen Agama
Republik Indonesia. Dan yang membahayakan adalah bahwa penambahan
pentafsiran Al Quràn yang dilakukan Arab Saudi (Salafi Wahabi) ini
menjurus pada aqidah Mujassimah/ Tasybih yang menyimpang dari aqidah
Ahlussunnah wal Jama’ah sebagaimana telah dijelaskan di atas. Apalagi
tambahan tersebut dibumbui dengan klaim sepihak “Pendapat yang shahih”.
Pendapat shahih siapa dan darimana?. Tentu saja itu pendapat shahih
dari Salafi Wahabi bukan dari ulama Ahlussunnah wal Jama’ah. Innalillahi
wa inna ilaihi roji’un, musibah, sungguh ini musibah. Mahasuci Allah
dari pensifatan makhluk kepada DzatNya.
Lalu apa yang bisa dilakukan setelah
mengetahui adanya perubahan/ penambahan/ distorsi sepihak atas temuan Al
Qur’an dan Terjemahnya terbitan Arab Saudi ini? Pemerintah Republik
Indonesia semestinya menindak tegas pihak terkait jika terbukti benar
telah melakukan perubahan/ penambahan terhadap Terjemah dan Tafsir Depag
RI. Apalagi ini menyangkut aqidah ahlussunnah wal jama’ah yang dianut
umat Islam yang tidak bisa diganggu gugat yang tidak boleh ada
perbedaan. Semoga Allah SWT menyelamatkan umat Islam dari fitnah Salafi
Wahabi khsusnya muslimin Nusantara. Amin.
Post: el-hooda.net
Link: http://www.elhooda.net/2014/04/astaghfirulloh-kitab-al-quran-dan-terjemahnya-dari-depag-ri-telah-diubah-oleh-salafi-wahabi/
salafi wahabi memeng pandai membuat pepecahan
BalasHapus“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat“. (Qur’an Surat Asy-Syura: 11).
BalasHapusmendengar dan melihat juga sifat makhluq pak,, yang dikatakan kaki Allah bukan kaki makhluq,, mungkin anda yang membayangkan kaki Allah=kaki makhluq, sedangkan salafi -wahaby tidak, semuanya sesuai dengan kebesaran dan keagunggan Allah tidak boleh dibayangkan bagaimananya
Poin permasalahan adalah menyandarkan adanya jisim sebagai bagian dari dzat Allah. Adanya Kursy bukan berarti Allah memiliki kaki, Maha Mendengar bukan berarti Allah membutuhkan/ memiliki telinga, Maha Melihat tidak bermakna Allah membutuhkan mata. Allah Maha Suci dari penisbatan kebutuhan makhluk atas indera2 sekalipun pihak salafi-wahaby mengatakan jisim Allah berbeda dari jisimnya makhluk dan tidak boleh dibayangkan. Tidak ada yang menyerupai Allah tidak diartikan Kaki Allah tidak serupa dengan kaki makhluk, tapi Allah tidak memiliki kebutuhan terhadap bagian kaki karena Allah tidak terbagi-bagi dalam jisim yang memiliki kelebihan dan kekurangan serta kebutuhan satu sama lain untuk saling melengkapi.
BalasHapusAneh memang saudara kita ini dari kalangan Aswaja yang memaksakan opini kepada Salafy.
BalasHapusKalau mengikuti pola pikir kalian maka saya memiliki pertanyaan kepada kalian...kalian membatasi Alloh Azza wa Jalla hanya memiliki 20 sifat saja ?? apakah ini berarti Alloh memiliki batasan ??
Silahkan dijawab...
Sifat Allah yg 20 itu rumusan dari ke-Maha Sempurnaan Allah. Justeru dengan menambahkan mujasimah kepada Allah adalah suatu kesalahan fatal berdasarkan kaidah Naqli dan Aqli tentang batasan yang kaum salafy berikan.
BalasHapusBenar juga itu kalau salafy wahabi anti mujasimah kepada Allah SWT. WOng situs2 di kota2 Suci dunia Islam kalau bisa dihancurkan saja.. biar tidak buat orang musyrik katanya.... tapi mahasuci Allah dengan perlindungannya, Baitullah ribuan tahun tetap terselamatkan dari tangan2 jahil salafy wahabi dan golongan seperti mereka, dengan nash dan dalil2 yang pasti... coba kalau tidak, pasti baitullah akan juga menjadi sasaran penghancuran tangan jahil mereka.....
BalasHapusdalam konteks baitullah, apa penjelasan kalian hai salafy wahabi... kenapa tidak kalian sebut juga milyaran umat manusia menyembah batu? dan mereka menyekutukan Allah dengan selain-Nya...?