KH Imam Jazuli: Potensi Pesantren Luar Biasa

Koleksi Trofi Juara Pesantren Radlatul Ulum-Guyangan-Pati Jawa Tengah
Pesantren memiliki sejarah panjang di Indonesia. Lembaga pendidikan ini telah menciptakan ulama, kiai, intelektual, politisi, dan sebagainya.

Bagaimana sebenarnya potensi pesantren? Wartawan Republika Rosita Budi Suryaningsih mewawancarai Wakil Ketua Pengurus Pusat Rabitah Ma'ahid Islamiyah (Asosiasi Pesantren se-Indonesia) KH Imam Jazuli Lc MA. Berikut kutipannya:


Pesantren telah ada di Indonesia sejak dulu. Adakah perbedaan antara pesantren di zaman dulu dengan pesantren yang ada di zaman sekarang?

Jelas ada perbedaan yang signifikan antara pesantren zaman dulu dengan yang sekarang. Kini, pesantren telah berubah menjadi lebih maju, bahkan mempunyai model-model baru yang menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di zamannya.

Dulu, pesantren hanya mengajarkan ilmu agama dan lepas dari pendidikan formal. Kini, pendidikan formal sudah dimasukkan dalam pembelajaran di pesantren, dan apa yang diajarkan di sekolah formal, diajarkan juga di sekolah. Justru, bagi yang menimba ilmu di pesantren, punya kelebihan dibandingkan yang hanya yang bersekolah formal. Kelebihannya dalam bidang akhlak.


Kalau begitu, berarti lebih baik menimba ilmu di pesantren daripada memilih di sekolah umum?

Selama berpuluh-puluh tahun, bangsa Indonesia hanya fokus pada IQ (intelligence quotient) untuk menentukan kecerdasan seseorang dan sebagai tolok ukur pendidikan. Akibatnya, anak-anak tidak banyak mendapatkan pendidikan moralitas.

Padahal, akar bangsa Indonesia adalah akhlak moralitas. Perilaku yang santun, beretika, dan menjalankan ibadah merupakan jati diri bangsa ini yang kini semakin memudar. Di pesantren, akhlak moralitas ini dipupuk terus sehingga lulusannya nanti bisa menjadi lebih berkualitas dibandingkan lulusan sekolah umum. Dengan begitu, pesantren punya peran untuk menyelamatkan bangsa ini dari krisis moralitas.


Bagaimanakah pendidikan moralitas tersebut diajarkan di pesantren?

Pesantren sadar bahwa tidak cukup hanya intelektualitas yang diperlukan untuk menghasilkan SDM yang berkualitas. Untuk itu, esensi dari akhlak, etika, perilaku, dan keislaman selalu diterapkan setiap harinya.

Bagaimanakah pendidikan moralitas tersebut diajarkan di pesantren?
Pesantren sadar bahwa tidak cukup hanya intelektualitas yang diperlukan untuk menghasilkan SDM yang berkualitas. Untuk itu, esensi dari akhlak, etika, perilaku, dan keislaman selalu diterapkan setiap harinya.

Bukan hanya dengan teori, para santri juga mempelajari akhlak ini dengan membiasakan diri untuk mempraktikkannya setiap hari. Misalnya, hormat pada orang tua, sopan santun, shalat berjamaah, dan praktek akhlak lainnya.

Apa yang dipelajari di pesantren langsung dipraktikkan sehingga bisa lebih mengena dan menjadi kebiasaan santri untuk berperilaku baik dan berbudi luhur. Setiap perilakunya dibina untuk menjadi lebih baik, sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.

Hal ini tentunya berbeda dengan sekolah umum di mana setelah belajar intelektualitas, para siswa pulang sekolah tidak terkontrol lagi. Ada yang justru berbuat tidak sesuai dengan akhlak bangsa, seperti tawuran, minum minuman keras, bahkan melakukan perbuatan asusila.

Ada anggapan bahwa lulusan pesantren itu ketinggalan zaman, tidak responsif pada kebutuhan masyarakat, benarkah itu?
Itu sama sekali tidak benar. Justru lulusan pesantren jauh lebih responsif pada masalah di masyarakat, dibandingkan lulusan sekolah umum. Karena, selama di pesantren, orang tersebut terlatih untuk menyelesaikan masalah dengan mandiri, tanpa bantuan orang lain. Berbeda dengan sekolah umum yang ketika punya masalah, langsung lari ke orang tua.

Bagaimana sikap pemerintah dalam membina pesantren? Apakah menurut Anda sudah optimal?
Sangat jauh dari kata optimal. Pesantren sebenarnya punya potensi yang luar biasa, namun sayang perhatian pemerintah masih sangat rendah. Padahal, tradisi pesantrenlah yang sangat ideal untuk menyelesaikan permasalahan bangsa yang terjadi sekarang ini, yaitu masalah moralitas.

Tengok saja para koruptor dan pejabat yang tidak malu untuk melakukan perbuatan dosa. Jika orang tersebut pada awalnya dididik dengan akhlak moralitas yang baik sejak kecil, bisa memperbaiki generasi ke depannya.

Saya pribadi sangat prihatin dengan keaadaan pesantren sekarang ini, yang seperti dianaktirikan oleh pemerintah. Lihat saja, pendidik di pondok pesantren tidak dipedulikan, padahal pendidik di sekolah formal mendapatkan banyak tunjangan dengan gaji besar ditambah sertifikasi.


Post: ROL
Link: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/03/26/n3125r-kh-imam-jazuli-potensi-pesantren-luar-biasa-1/2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Muqaddimah Pidato/Ceramah di Kalangan Nahdlatul Ulama

Membaca Wirid Dan Doa Setelah Shalat

BENARKAH KEPUTUSAN MUKTAMAR NU I DAN KITAB I’ANAT ATH-THALIBIN MELARANG TAHLILAN?