Al-Habib Umar bin Hafidz: Tentang Ziarah ke Maqam para Aulia
Makam Sunan Kudus Image: Ristanto Sumarsono |
Ada seorang yang tidak senang melihat orang ziarah kubur bertanya kepada al-Habib Umar bin Hafidz, dia menanyakan :“Kenapa ziarah ke maqam Aulia? sedangkan mereka tiada memberi kuasa apa-apa dan tempat meminta hanya pada Allah…??!”Al-Habib Umar bin Hafidz lantas menjawab:“Benar wahai saudaraku, aku juga sama pegangan denganmu, bahwa mereka tiada mempunyai kekuasaan apa-apa.
Tetapi sedikit perbedaan aku dengan dirimu, karena aku lebih senang menziarahi mereka karena bagiku mereka tetap hidup dalam membangkitkan jiwa yang mati ini kepada cinta Tuhan.Tapi aku juga heran, kenapa engkau tiada melarang aku menziarahi ahli dunia, mereka juga tiada kuasa apa-apa. Malah mematikan hati.
Yang hidupnya mereka bagiku seperti mayat yang berjalan.
Kediaman mereka adalah pusara yang tiada membangkitkan jiwa pada cinta Tuhan.Kematian dan kehidupan di sisi Allah adalah jiwa.Banyak mereka yang dilihat hidup tapi sebenarnya mati, banyak mereka yang dilihat mati tapi sebenarnya hidup, banyak yang menziarahi pusara terdiri dari orang yang mati, sedangkan dalam pusara itulah orang yang hidup.Aku lebih senang menziarahi maqam kekasih Allah dan para syuhada walaupun hanya pusara, tetapi ia mengingatkan aku akan kematian, kerena ia mengingatkan aku bahwa hidup adalah perjuangan, karena aku dapat melihat jiwa mereka ada kuasa cinta yang hebat sehingga mereka dicintai oleh Tuhannya lantaran kebenarannya cinta.Wahai saudaraku, ku ziarah maqam Aulia, karena pada maqam mereka ada cinta, lantaran Cinta Allah pada mereka, seluruh tempat persemadian mereka dicintai Allah.
Cinta tiada mengalami kematian, ia tetap hidup dan terus hidup dan akan melimpah kepada para pencintanya. Aku berziarah karena sebuah cinta mengambil semangat mereka, agar aku dapat mengikut mereka dalam mujahadahku. mengangkat tangan di sisi maqam mereka, bukan meminta kuasa dari mereka, akan tapi memohon kepada Allah agar aku juga dicintai Allah, sebagaimana mereka dicintai Allah.” (Post: KH. Fakhrur Rozi, Pengasuh Ponpes An Nur I Bululawang, Malang)
Repost: Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU), Media Pesantren
Komentar
Posting Komentar