KH Salman Dahlawi, Kiai Karismatik Asal Klaten Tutup Usia

Solo - KH M Salman Dahlawi asal Klaten, Jateng, tutup usia hari ini, Selasa (27/8/2013), pukul 17.45 WIB. Kiai karismatik yang juga mursyid Thariqah Naqsyabandiyah Khalidiyah Mujaddadiyah ini wafat di usia 78 tahun. Sebagai seorang mursyid, kiai sepuh ini memiliki ratusan ribu jamaah yang tersebar di berbagai daerah di Jawa, Sumatera dan Kalimantan.


"KHM Salman Dahlawi wafat hari ini di RSI Yarsis Solo, dalam usia 78 tahun, setelah dirawat sejak 18 Agustus 2013 lalu. Tim dokter sudah berusaha sekuat tenaga dan akhirnya almarhum menghembuskan nafas terakhir dengan tenang. Semoga husnul khatimah," demikian disampaikan oleh salah seorang menantu almarhum, KHM Dian Nafi’, Selasa (27/8/2013) petang.



Kiai Salman adalah putra KH Muhammad Muqri Kafrawi dengan Nyai Masjfu’ah. Almarhum adalah cucu lelaki tertua dari KHM Manshur, keturunan Syaikh Muhammad Hadi Girikusumo, khalifah Syaikh Sulaiman Zuhdi, guru besar Naqsyabandiyah Khalidiyyah di Jabal Abi Qubais, Makkah. Sejak usia 18 tahun, Kiai Salman telah dikukuhkan menjadi mursyid Thariqah Naqsyabandiyah Khalidiyah Mujaddadiyah, menggantikan kakeknya.



Jamaah thariqah yang dipimpinnya mencapai lebih dari 100 ribu orang yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera hingga Kalimantan. Dalam buku ‘Tarekat Naqsyabandiyah’ karya penulis ternama Martin van Bruinessen, nama Kiai Salman Dahlawi disebut dalam mata rantai KHM Manshur dari KH Muhammad Hadi Girikusumo, Mranggen, Demak.



Semasa hidupnya, kiai bersahaja dam rendah hati ini juga dikenal sebagai petani yang ulet dan tekun. Di sisi lain, setiap harinya ia menerima ratusan tamu berbagai kalangan dari rakyat jelata hingga pejabat tinggi.



Sikap rendah hati juga dapat dilacak dari kesediaannya untuk tetap mengaji kepada para kiai dengan cara antre sebagaimana santri kebanyakan, meskipun dia sendiri sudah memimpin pesantren dan diangkat sebagai mursyid tarekat. Tercatat dia pernah nyantri di Ponpes Al-Muayyad Solo, Ponpes Watucongol Magelang, dan Ponpes Bendo Kediri. Setiap kali ke Mekah, ia selalu bertemu khusus dengan Sayyid Muhammad Al-Maliki Al-Hasani, ulama kharismatik di Arab Saudi.



Kedalaman ilmu yang dimiliki almarhum juga menempatkannya pada posisi khusus. Almarhum tercatat sebagai Mustasyar di Nahdlatul Ulama dan anggota Majelis Ifta’ (Majelis Fatwa) di Jam’iyyah Ahlit Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah.



"Almarhum meninggalkan seorang istri dan delapan putra-putri. Menurut rencana, almarhum akan dimakamkan di makam keluarga di kompleks Pondok Pesantren Al-Manshur, Popongan, Tegalgondo, Wonosari, Klaten, pada hari Rabu (28/8/2013) pukul 13.00 WIB," tutup Dian Nafi’.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BENARKAH KEPUTUSAN MUKTAMAR NU I DAN KITAB I’ANAT ATH-THALIBIN MELARANG TAHLILAN?

Muqaddimah Pidato/Ceramah di Kalangan Nahdlatul Ulama

Membaca Wirid Dan Doa Setelah Shalat