Pengumuman Penerima Beasiswa PBSB 2013 Kementrian Agama RI

Oleh Ki Juru Ketik -
KEMENTERIAN AGAMA RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
Jl. Lapangan Banteng Barat No. 3 - 4 
Telp. 021-3811810. Fax. 021- 34833980 
===================================================== 

Jakarta, 09 Juli 2013
PENGUMUMAN
Nomor : DT.I.III/HM.01/1199/2013

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan hormat, bersama ini kami sampaikan nama-nama Peserta Seleksi Calon Peserta
Program Beasiswa Santri Berprestasi Tahun 2013 yang dinyatakan LULUS sebagai
Peserta Program Beasiswa Santri Berprestasi sebagaimana terlampir.
Adapun tahapan selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Peserta diharapkan membuat Surat Konfirmasi Kesediaan (format terlampir).
Salinan dikirimkan melalui fax ke 021-34833980 diterima paling lambat
12 Juli 2013, dan berkas asli dikirimkan melalui pos/jasa pengiriman tercatat ke
alamat :
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren
Gedung Kementerian Agama Pusat Lantai 7
Jl. Lapangan Banteng Barat 3 – 4 Jakarta Pusat – DKI Jakarta
2. Peserta diwajibkan mengikuti kegiatan pre-university yang akan diselenggarakan
pada masing-masing perguruan tinggi. Adapun ketentuan dan jadwal akan
diinformasikan kemudian.
3. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Panitia Seleksi Calon Peserta PBSB

Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Ditjen Pendidikan Islam,
Kementerian Agama RI. pada nomor telepon 021-3811810.
Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya disampaikan terimakasih.
Wassalamu'alaikum wr. wb

a.n. Direktur Jenderal
Direktur Pendidikan Diniyah dan
Pondok Pesantren

ttd

H. A. Saifuddin

Tembusan :
1. Yth. Bapak Direktur Jenderal Pendidikan Islam
2. Yth. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi se-Indonesia
3. Pengelola Program Beasiswa Santri Berprestasi pada masing-masing Perguruan
Tinggi

Silahkan Download :

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Muqaddimah Pidato/Ceramah di Kalangan Nahdlatul Ulama

Oleh Ki Juru Ketik -
Gambar
Muqaddimah Pidato/Ceramah di Kalangan Nahdlatul Ulama Berikut beberapa ungkapan Muqadimmah Pidato/ceramah yang biasa digunakan di kalangan Nahdlatul Ulama: Artinya: Kami panjatkan segala puji padaNya dan kami meminta pertolonganNya. Seraya memohon ampun dan meminta perlindunganNya dari segala keburukan jiwaku dan dari kejelekan amaliahku. Barangsiapa yang telah Allah tunjukkan jalan baginya, maka tiada yang bisa menyesatkannya. Dan barang siapa yang telah Allah sesatkan jalannya, maka tiada yang bisa memberinya petunjuk. Ya Allah limpahkanlah salawat dan salam bagi Muhammad saw berserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, semuanya. Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah memberi sebaik-baik nikmat berupa iman dan islam. Salawat dan doa keselamatanku terlimpahkan selalu kepada Nabi Agung Muhammad Saw berserta keluarga dan para sahabat-sahabat Nabi semuanya. Artinya: Segala puji bagi Allah Sang Penguasa alam semesta. Semoga salawat serta keselamatan tercurahkan sela
Baca selengkapnya

Membaca Wirid Dan Doa Setelah Shalat

Oleh Ki Juru Ketik -
Gambar
I. SUMBER KITAB-KITAB. 1. Dalam kitab Al-Majmu' karya Imam An-Nawawi juz III halaman 465-467 disebutkan bahwa Imam Asy-Syafi'i dan para sahabatnya serta ulama-ulama lainnya sepakat bahwa dzikir sesudah shalat itu disunatkan. Hal itu berlaku bagi imam, makmum, orang yang shalat munfarid (sendirian), baik laki-laki atau perempuan, musafir, dan lain-lain. Disepakati pula bahwa berdoa setelah salam shalat juga disunahkan secara bersama-sama. Dalam kitab Al-Adzkar karya Imam An-Nawawi disebutkan bahwa sahabat Ibnu Abbas menjelaskan : إِنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِيْنَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ اْلمَكْتُوْبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. "Mengeraskan suara dzikir sesudah shalat maktubah dapat ditemui pada masa Rosululloh saw." (lihat pula Shohih Muslim : 652, Sunan An Nasai : 1171, Sunan Abu Dawud : 851. Sahabat Ibnu Abbas berkata: كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوْا بِذَالِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ Artinya: "
Baca selengkapnya

BENARKAH KEPUTUSAN MUKTAMAR NU I DAN KITAB I’ANAT ATH-THALIBIN MELARANG TAHLILAN?

Oleh Ki Juru Ketik -
Gambar
Kitab I’anat ath-Thalibin Juz 2 Halaman 165-166 Keputusan hasil Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) I di Surabaya pada 13 Rabi’uts Tsani 1345 H/ 12 Oktober 1926 M sering dijadikan senjata oleh sebagian pihak terhadap Nahdliyin untuk melarang Tahlilan. Dikatakan bahwa NU pada masa awal didirikannya dan pada masa kepemimpinan KH. Hasyim Asy’ari memutuskan bahwa tahlilan itu bid’ah yang dilarang dalam Islam. Hal ini didasarkan atas keputusan Muktamar NU I yang juga termuat dalam kitab I’anat ath-Thalibin. Padahal kalau mereka mau menelusuri dengan seksama hasil keputusan Muktamar NU I maupun mendalami lebih jauh apa yang tertulis dalam kitab I’anat ath-Thalibin yang menjadi dasar keputusan itu maka akan didapatkan jawaban yang berseberangan atas tuduhan golongan sepihak itu. Tanpa mau mempelajari lebih detail tentang hasil keputusan Muktamar NU I ini, dengan serta merta dan membabi buta, golongan sepihak yang anti-Tahlil membuat kesimpulan sendiri. Mereka menyatakan bahwa NU mela
Baca selengkapnya