KH. ABDUL HAMID BAIDLOWI: Peran Sosial Pesantren
Zaman Wali Songo
Pesantren sebagai pusat kegiatan penyiaran islam
Para wali songo dalam
melaksanakan kegiatan dan pencetakan kader – kader mubaligh tak pernah
meninggalkan untuk mendirikan mesjid dan
pesantren seperti yang sudah banyak di kenal syekh Maulana Malik Ibrahim, Sunan
Ampel. Dari pesantren lah beliau didik santeri untuk mendirikan agama islam
disiarkan keseluruh daerah nusantara.
Pesantern sebagai kegiatan pemakmuran daerah sepi dan tandus.
Para Wali Songo dalam mengembantugas
menyiarkan islam terkilas
pandangannya nasib petani yang sulit
meningkatkan pendapatan mereka karena hidupnya didaerah terpecil, lagipula
tanahnya tandus, maka oleh para wali ini segera berusaha mengatasinya melalui
pendirian masjid dan pesantren. Misalnya, pesantren Giri oleh Sunan Giri
bersama santrinya serta karomahnya melakukan kegiatan mengatur telaga dan
sumebr air. Misalnya telaga Pegat, Telaga Dahar, Sumber air di Kembangan, di Manyar sehingga daerah itu menjadi makmur.
Pesantren sebagai kegiatan da’wah dan pendidikan islam.
Para wali songo mula –
mula mengajak orang untuk masuk islam, ia tempuh dengan pertemuan empat mata lalu mereka diajaknya pertemuan
itu dayang ke masjid, kemudian jika ia telah sudi menerimanya diajaklah mereka
ke pesantresn untuk mendapatkan ajaran agama islam. Dengan demikian tampak
bahwa cara pendekatan dan kebijakannya sanagt cocok dengan lapisan masyaraka.
Misalnya para Wali Songo mendirikan Organisasi nama “ Bhayangkare Islah” (
semacam angkatan pelopor kebaikan ) organisasi ini didirikan untuk mempergiat
usaha pendidikan dan pengajaran islam yang kemudian pesantrenlah yang
dijadikannya sebagai pusat dakwah dan pendidkan pengajaran islam.
Pesantren sebagai Pusat Kreativitas Islah
setelah berdiri Kerajaan
Islam Demak, mulailah Pondok pesantren didirikan para waliditempat yang
strategis, karena pondok pesantresn mampu mengangkat harkat martabat manusia
serta berhasil dalam memakmurkan daerah yang sepi dan tandus, terutama dalam
da’wah islamiyah. Dan mereka memamnfaatkan sarana kesenia sebagai media
da’wahnya, sehingga semua cabang
kesenian dan kebudian asli seperti wayang, gamelan ,dll. Dengan kreasi Wali
Songo dan santrinya media da’wahnya Islamiyah oleh pesantren pusatnya.
Demikian dakwah sekilas
perana social di zaman Wali Songo yang dpat kita tarik sebagai pelajaran dalam
upaya peningkatan mutu dan peran serta pondok pesantren dalam pembangunan
bangsa dari keberadaan yang dimiliki masjid dan pesantren di zaman kewalian tersebut
dapat diambil pelajaran : Bahwa dalam
pesantren dengan para wali yang memiliki karomah, kedalam ilmu, kearifan dan
kebijaksaan nya sehingga pesantren memiliki peran penting dalam pengembangan
masyarakat menuju masyarakat yang lebih baik sesuai dengan ajaran islam. Hal
ini dikarenakan pesantren disaat itu mampu member jawaban dan pemecahan yang
tepat akan berbagai masalah yang menyangkut tata kehidupan masyarakat dari soal
aqidah sampai seni budaya.
Zaman Penjajahan
Pesantren sebagai pencetak calon ulama dan mubaligh.
Seperti halnya pesantren sejak zaman wali mempunyai peran dalam menyiarkan islam. Maka pada zaman ini pesantren pun lebih merata keseluruh penjuru yang saat ini masyarakat islam sudah tersebar luas, sehingga pembinaan islam buat mereka memerlukan orang – orang alim atau mubaligh – mubaligh yang cukup besar jumlahnya. Terdorong oleh keperluan santri yang kelak dapat diharapkan menjadi ulama dan mubaligh yang tabah, tangguh terampil, tulus, ikhlas dan sanggup berkorban dalam menyiarkan Agama Islam. Pada masa pertumbuhan pondok pesantren makin pesat. Hal ini disebabkan oleh banyak factor pendorong, anatra lain :- Agama islam di tanah air terlah tersebar luas
- Ulama kiyai dilingkungan kerajaan berada dalam posisi kunci
- Semakin lancanya hubungan Indonesia – mekah
- Meningkatnya kebutuhan rakyat dan umat islam akan sarana pendidikan yang bercirikan islam yang sementara sekolah – sekolah yang didirikan islam yang sementara sekolah – sekolah yang didirikan oleh belanda hanya menampunganak – anak kelas tertentu.
- Gairah agama yang tinggi dan panggilan jiwa para ulama untuk menanamkan nilai – nilai islam agar tidak mudah terpecah – pecah oleh penjajah Belanda dengan politiknya De Vide At Impera.
Pesantren sebagai lading subur untuk mencerdaskan bangsa Indonesia
Dari pesantren tidak saja santri mendapatkan Gladen fisik tetepi juga mendapatkan berbagai bidang ilmu dan kitab–kitab yang dikarang oleh ulama–ulama besar. Dari modal kiyai yang ikhlas dan santri yang tekun menjadikan ilmu yang diajarkan subur berkembang menjadikan bermanfaat bagi bangsa antara lain : (1) Menimbulkan perasaan anti penjajahan itu sendiri, sebab hakekat penjajahan adalah perbudakan yang justru islam menghendaki terhapusnya perbudakan apalagi diperbudak oleh orang kafir. (2) Menimbulkan rasa cinta tanah air. Dari sini dapat kita lihat para kiyai dan santri dengan pesantrennya bersikap anti terhadap penjaja, anatra lain. Adalah masa bodoh dengan para penjajah belanda. Non koperatif dengan para penjajah Belanda. (3) Mengadakan perlawan fisik berbentuk berontak terhadap Belanda. (4) Ada 4 pemberontakan santri yang besar di sampping pemberontakam kecil lainnya. Pertama, Pemberontakan kaum patrian dipelopori oleh kaum santri yang dikenal dengan julukan “ Harimau nan salapan” 1821–1828. Kedua, Pemberontakan Pangeran Diponegoro. Ketiga, Pemberontakan Pangeran Banten karena menentang tanam paksa dipelopori oleh santri Banten dan petani berturut–turut; 1834, 1836, 1842, 1849, 1880, dan 1888. Keempat, Pemberontakan santri Aceh yang dipimpin oleh Teuku Cik Ditiro 1830 – 1803
Pemberontakan –
pemberontakan santri itu sudah barang mempengaruhi besar dan melatar belakangi gerakan
nasional awal abad 20. Dengan demikian pesantren selain berjasa mencerdaskan
bangsa, sekaligus juga ambil bagian dalam perjungan kemerdekaan kita.
Pesantren sebagi benteng aqidah islamiyah, upaya
kiai dalam mengajarkan agama islam kepada para santri dari masa kemasa tak
pernah ditinggalkan usaha memantapkan aqidah islam para ummat dan terlebih–lebih
setelah msuknya orientasi Belanda dalam upaya melumpuhkan islam dan umat islam
umumnya. Disamping itu juga para orientalis, di sekitar menyimpang dari
ajaran agama islam. Dari sebabitu kiai dan para ulama pengasuh pondok pesantren
dalam upaya membentengi dan melestarikan aqidah ala ahlusunnah wal jamaah berkumpulah bagian-bagian yang mulia itu di
Surabaya tahun 1926 mendirikan Nu yang masih memberikan manfaat buat kita
sekalian dalam kehidupan dan beragama berbangsa dan bernegara ini, dengan Ro’is
akbarknya adalah KH. Hasyim Asy’ari
pendiri pondok pesantren Tebu Ireng
tahun 1906 (digelari Hadartus atau Bapak Ulama Indonesia). Demikianlah
pesantren itu, oleh kiai dan para santri – santri pengikutnya gigih dalam usaha mebentengi aqidah islamiyah
dan sekaligus mencerdaskan bangsa dan menyiarkan agama.
Zaman sesudah Merdeka
Pesantren sebagai
penggerak bela
Negara.
Setelah Indonesia
memperoleh kemerdekaan yang diproklamirkan tanggal 17 agustus 1945; selang
bulan tercium berita Nica dengan Belanda yang membonceng di belakangnya. Masih
ingin juga bermaksud datang di Indonesia yang baru merdeka untuk menjajah
kembali, segera kiai – kiai pengasuh pondok pesantren melalui wadah Nu yang
sudah mereka dirikan sepakat mengambil keputusan fatwa atau resolusi jihad 22
Oktober 1945 yang intinya adalah wajib mempertahakna kemerdekaan Negara dan
agamanya (islam.
Di pesantren fatwa jihad
tersebut disebarkan dikalangan santri sehingga menumhkan jiwa bela Negara dari
berbagai anacama yang ingi merobohkan Negara dan agamanya baik datang dari luar
maupun dari dalam. Fatwa tersebut sangat terpengaruh di tengah – tengah
masyarakat bangsa kita sampai sekarang ini dan seterusnya. ( insyaallah)
Pengaruh fatwa jihad
tersebut kita kenang dengan mengingat kembali keikutsertaan dan keterlibatan
langsung para kiai dan santri dengan pesantrennya dalam kedaulatan Negara
seperti perlawanan kepada NICA 10 nov 1945 di Surabaya dan yanglaiinya sampai
penumpasan G 30 SPKI 65.
Pesantren sebagai penngerak pembaharuan.
Berpangkal juga pada
fatwa jihad yang sebenrnya tersirat makna bersungguh – sunggu dalam
memperhatikan perbaikan dan kejayaan Negara dan agama dalam mengisi kemerdekaan
dengan pembangunan. Tidak hanya mempertahakan kemerdekaan.
Pengaruhnya adalah
pondok pesantren terserah melakukan berbagi usaha untuk mengembangkan peranan
dirinya, namun hal ini ada yang masih sangat sederhana, yang ada sudah maju (
lengkap sarana dan prasrana) baik pendidikan pengajarannya layanan peningkatan
bakat, kesehatan mampu keperluan hidup
sehari – hari.
Sembilan peranan sosial pesantren dari masa ke masa hendaknya dapat dipertahankan yaitu :
1.
Sebagai pusat kegiatan
penyiaran islam
2.
Sebagai pusat kegiatan
pemakmuran daerah sepi dan tandus
3.
Sebagai pusat kegiatan
dakwah dan pendidikan islam
4.
Sebagai pusat kreatifitas
islam
5.
Sebagai pencetak calon
ulama dan kader mubaligh
6.
Sebagai lading susbur
mencerdaskan bangsa Indonesia
7.
Sebagai benteng aqidah
8.
Sebagai penggerak bela
Negara
9.
Sebagai penggerak
pembaharuan.
Dalam mempertahakan
peranan yang telah memilki oleh pondok pesantern dari masa kemasa tersebut
perlu pondok pesantern mendapatkan binaan dan perhatian khusu dari segenap
lapisan masyarakat Nu.
Untuk memberikan binaan
pondok pesantren dalam pengembangan dan penyempurnaan melalui RMI dipandang
perlu mengiventarisir pondok pesantren menurut tipe pesantren yang ada agar
binaanya tepat dan berhasil guna.
Bimbingan dan binaan
terhadap pondok pesantren menurut tipenya masing – masing bertumpu pada :
terbuka untuk menerima (cara,
metode di sumebr kitab kajian) baru yang lebih baik dan tetep mempertahakan (cara,
metode dan sumber kitab kajiaan kuno yang masih baik)
Binaan pembahasan pondok
pesantren meliputi : Pertama, mempertahakan kebaikan-kebaikan yang telah dihasilkan seperti mampu
mencetak santri – sntri yang memiliki sifat gotong royong, pengabdian, suka
berkorban, kesederhanaa, solider , keteladanan, kebersamaan, swadaya, ikhlas,
kokoh aqidah islamiyah dll. Kedua, menyempurnakan
kekurangan agar tepat dan berhasil melaksankan 9 (Sembilan) peran social
pesantren diatas.
Jika dipandang perlu
mengiventarisir pondok pesantren menurut spesialisasi keberhasilan atau
kehandlan dalam suatu hal. Pembinnan
pondok pesantren meliputi : (1) Organisais
dan adminitrasi pondok pesantren.
(2) Personil dan fasilitas yang bersifat materil finansil. (3) Kurikulum dan metodologi pengajaran.
Lasem, 28 Januari 1994
Penulis
KH. ABDUL HAMID BAIDLOWI
*Disampaikan pada Musyawarah Nasional ke IV, Rabithah Ma'ahid Islamiyah , di Ponpes Ashsidiqiyah, Jakarta, 31 Januari- 3 Februari 1994
Laskar Hizbullah-TKL |
Komentar
Posting Komentar