HIPSI Terus Kejar Target Satu Juta Santri Pengusaha


Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (Hipsi) menargetkan akan mencetak satu juta santri pengusaha. Langkah ini diharapkan bisa mengurangi jumlah pengangguran dan mereka bisa sukses dunia akhirat.
“Kami konsentrasi menguatkan jiwa wirausaha (enterpreneur) di kalangan santri. Ke depan, mereka tidak hanya memiliki kedalaman agama, ilmu pengetahuan, dan akhlak mulia tapi juga bisa menjadi pengusaha sukses,” kata Ketua Hipsi Pusat Mochammad Ghozali di Jombang, Minggu (24/02/2013).
Ghozali yang ditemui dalam acara “Enterpreneur Roadshow 200 Pesantren se-Indonesia 2013″ di Jombang mengatakan selama ini santri identik dengan belajar agama, yang membuat mereka terkadang dipandang terlihat kurang terampil.
Padahal, mereka juga mempunyai potensi. Bahkan para santri pun tingkat pendidikannya juga tidak kalah dengan sekolah umum. Beragam ilmu pendidikan serta keterampilan juga diajarkan seperti Bahasa Inggris maupun keterampilan lain.
Menurut dia, kegiatan menjadi pengusaha itu juga bagian dari media dakwah. Selama ini, dakwah identik dengan penyampaian ajaran Islam lewat kata-kata di forum pengajian atau tempat ibadah. Padahal, Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah di berbagai media seperti perdagangan.
“Dakwah di perdagangan ini yang masih terbilang jarang disentuh bahkan diabaikan. Padahal, Nabi dulu juga berdagang dan itu bagian dari dakwah beliau,” katanya.
Karena itu pihaknya intensif mengadakan berbagai macam pelatihan keterampilan dan wirusaha pada para santri. Mereka diberi pembelajaran tentang usaha serta berbagai macam peluangnya. Kegiatan itu ditujukan selain melatih kemandirian juga mengurangi jumlah pengangguran.
Beberapa yang sudah dialakukan di antaranya pembinaan dan pembentukan delapan kluster budidaya lele sangkuriang di delapan pondok pesantren besar di Jawa Timur, pembinaan agrobisnis 10 hektare di Kabupaten Bondowoso dan Pasuruan, pembentukan usaha bersama di bidang kuliner di Jatim dan Jakarta, dan sejumlah pelatihan lain.
Ia juga menekankan, dalam pelatihan itu mereka juga diajarkan untuk berperilaku jujur secara langsung dan bukan hanya kata-kata.
“Kejujuran adalah landasan utama yang diajarkan Rosul dalam menjalankan bisnis. Kami juga mengajarkan ini di kalangan santri,” ungkapnya.
Ia menyebutkan, dengan berbagai macam pelatihan tersebut diharapkan bisa mengurangi angka pengangguran. Bahkan, saat ini Hipsi juga sudah mengirimkan perwakilan santrinya untuk mengikuti “short course” di bidang pertanian di Perth Australia Barat.
Ia juga mengaku optimistis dengan berbagai program yang sudah dilakukan. Terlebih lagi, Hipsi yang notane berada di bawah “Rabithah Ma’ahid Islamiah” (RMI) yang merupakan lembaga di bawah naungan Nadhlatul Ulama mempunyai jaringan yang kuat di kalangan pesantren.
Ada sekitar 27 ribu pesantren yang mendidik sekitar 4 juta santri dengan berbagai program yang dilakukan akan memberikan manfaat nyata, bisa mencetak pengusaha.
Dalam acara “enterpreneur roadshow” tersebut, juga didukung oleh perusahaan makanan siap saji. Mereka mengaku tertarik untuk bekerjasama karena melihat visi yang bagus dari program-program Hipsi. Pihaknya siap mendukung upaya dari Hipsi untuk menciptakan santri “enterpreneur” yang baik.
“Pasar ‘fast food’ 90 persen masih dikuasai asing. Kami tertarik jika para santri menjadi pengusaha karena tentunya akan bangun karakter. Jangan sampai orang Indonesia malu,” kata Direktur Marketing PT So Good Food (yang memproduksi So Nice Sosis) Denny Gumulya yang hadir dalam acara itu.

Post: Lensa Indonesia, 24 Februari 2013
Repots: Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (PP-RMI-NU)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BENARKAH KEPUTUSAN MUKTAMAR NU I DAN KITAB I’ANAT ATH-THALIBIN MELARANG TAHLILAN?

Muqaddimah Pidato/Ceramah di Kalangan Nahdlatul Ulama

Membaca Wirid Dan Doa Setelah Shalat