RMI-NU dan Aswaja Center Gelar Pelatihan Aswaja
Pamekasan—Kekerasan atas nama agama hingga kini masih cukup mewabah di Madura. Pesantren-pesantren pun dimasukinya. Masjid dan lembaga pendidikan tak luput dari bidikan paham garis keras tersebut. Karena itulah, umat Islam khususnya di Madura harus betul-betul berusaha agar tidak terperangkap ke dalam paham yang berbanding terbalik dengan nilai-nilai Islam dan bangsa Indonesia itu. Pernyataan di atas cukup mengemuka dalam Pelatihan Aswaja yang digelar oleh Rabithoh Ma’ahid Islamiyah (RMI) bekerja sama dengan Aswaja NU Center Pamekasan, Rabu (13/6) pagi. Bertempat di pondok pesantren Al-Kautsar, Lawangan Daya, Pademawu, Pamekasan, pelatihan tersebut diikuti oleh 20 orang sebagai utusan dari pesantren-pesantren yang ada di Pamekasan.
Pelatihan sehari tersebut, dibagi menjadi 3 sesi. Sesi pertama diisi oleh ulama kenamaan Pamekasan, Ahmad Athorid Siraj. Ketua RMI Pamekasan, ini mengulas tentang tantangan yang dihadapi NU selaku organisasi terbesar pada era kekinian. Dalam hematnya, paham garis keras menjadi tantangan yang utama.
Dalam penjelasannya, Athorid mengenalkan fatwa-fatwa paham garis keras yang mesti dijauhi oleh segenap umat Islam. Fatwa-fatwa tersebut, ungkapnya, ialah boleh berdusta dan bersumpah palsu demi agama, boleh merampok harta orang sekuler serta halal nyawa dan kehormatannya, haram belajar bahasa Inggris, haram bermain sepak bola, haram memotong jenggot, haram wanita memakai celana, haram menggunakan tasbih, dan serumpun fatwa-fatwa lainnya yang tidak selaras dengan ajaran Islam yang sebenarnya.
Sesi berikutnya menghadirkan penyaji yang mampu mengupas tentang paham Aswaja dan aliran-aliran dalam Islam semacam Syi’ah. Pengasuh pondok pesantren al-Fudhola’ Imadul Had dan Muhammad Fudholi selaku ulama muda Pamekasan, mengupas tuntas kedua materi tersebut. Keduanya menjelaskan secara detail dan lugas segala hal yang berkaitan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Aswaja.
Paham tersebut meliputi toleransi, keadilan, keseimbangan, dan moderat dalam menyikapi segala macam persoalan. Intinya, segala bentuk kekerasan sangat tidak diperbolehkan dalam Islam.
Farid Mawardi, salah seorang aktivis Aswaja NU Center Pamekasan, mengungkapkan bahwa Pelatihan Aswaja diadakan guna menjaring sekaligus membentuk kader-kader militan. Nantinya, mereka diharapkan mampu berada di garda terdepan dalam mengawal paham Aswaja yang menjunjung tinggi perdamaian dan persahabatan.
Post: ponpesalkautsar.com
Repost: Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (PP-RMI-NU)
Komentar
Posting Komentar