RMI NU Gagasan Siapa?

Rabithah al-Ma’ahid al-Islamiyyah (RMI) adalah asosiasi Pondok Pesantren di bawah naungan Nahdlatul Ulama. Saat ini Pondok Pesantren yang bergabung dengan RMI mencapai 23.000 buah di seluruh Indonesia. Di sinilah kekuatan Nahdlatul Ulama, mulai dari kapital sosial, ekonomi, budaya, hingga manusia. Kebesaran RMI tentu menggelitik banyak orang, terutama soal ide: siapakah yang pertama kali menggagas perlunya RMI hadir di Indonesia, minimal di Nahdlatul Ulama? Hal ini penting mengingat dinamika pondok pesantren di Indonesia cukup menarik. Terlebih akhir-akhir ini sering muncul statemen, “Itu bukan pesantren di bawah naungan RMI.”

Menurut dokumen yang dimiliki RMI, organisasi ini lahir pada tanggal 20 Mei 1954 dengan nama Ittihad al-Ma’ahid al-Islamiyah yang dibidani oleh KH. Achmad Syaichu dan KH. Idham Kholid. Catatan selain itu tidak ada. Saya ingin menyampaikan dokumen lain yang dimiliki Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan. Dokumen ini penting mengingat cukup populer di kalangan Sidogiri dan sudah dipercaya kebenarannya. Dokumen ini juga perlu dipertimbangkan mengingat kesejarahan Nahdlatul Ulama dan tokoh-tokoh NU sangat kental dengan Pondok Pesantren Sidogiri.

Adalah Kiai A. Sa’doellah bersama Kiai Achmad Jufri Besuk Pasuruan dan Kiai Achmad Shiddiq Jember menginginkan agar semua Pondok Pesantren berafiliasi dalam satu wadah organisasi. Hasil diskusi ketiga kiai ini muncul nama Ittihad Ma’had Islami (Persatuan Pondok Pesantren Islam). Organisasi baru ini lalu diajukan kepada PBNU untuk mendapatkan pengesahan.

PBNU yang merespon usulan ketiga kiai tersebut adalah Kiai Abdul Wahab Chasbullah, Rois Aam PBNU saat itu. Bahkan Kiai Wahab menyetujui bergabungnya Ittihad Ma’had Islami di bawah naungan Nahdlatul Ulama. Pada saat konferensi (1950-an) di kediaman Kiai Achmad Shiddiq Jember, Kiai Abdul Wahab Chasbullah kembali merespon baik keberadaan Ittihad Ma’had Islami. Saat itu Kiai Wahab mengusulkan agar namanya diganti menjadi Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI). Alasan Kiai Wahab, nama itu merujuk pada surah Ali Imron ayat 200, Ya ayyuhal ladzina amanu ishbiru wa shabiru wa rabithu wattaqullaha la’allakum tuflihun. Usulan tersebut diterima dan sampai saat ini RMI menjadi salah satu lembaga di bawah Nahdlatul Ulama

Siapakah Kiai A. Sa’doellah itu? Beliau adalah putra Kiai Nawawi Sidogiri, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama. Kiai A. Sa’doellah sejak berumur 24 tahun sudah aktif di dunia pergerakan nasional. Pada 10 Oktober 1945-1 Januari 1946, Kiai A. Sa’doellah bergabung dengan pasukan Hizbullah sebagai Komandan Kompi II Divisi Timur. Keberadaan Kiai A. Sa’doellah menjadikan Sidogiri sebagai kantong perlawanan terhadap Belanda. Maka jika di Jombang terdapat nama Kiai Yusuf Hasyim, putra pendiri NU yang memimpin Hizbullah, maka di Pasuruan adalah Kiai A. Sa’doellah. Terdapat 250-an pasukan yang dipusatkan di Sidogiri di bawah komando Kiai A. Sa’doellah. Salah satu anggota pasukan itu terdapat nama Kiai As’ad Syamsul Arifin Situbondo, yang juga santri Sidogiri.

Setelah Indonesia dinilai aman dari ancaman kolonial, pada 1950 Kiai A. Sa’doellah kembali ke Sidogiri mengurus Pesantren bersama saudara-saudaranya. Sambil mengurusi Pondok Pesantren, Kiai A. Sadoellah aktif di NU sebagai Ketua GP. Ansor Kabupaten Pasuruan sejak 1950 hingga wafat (1972). Pada Pemilu 1955 KA. Sa’doellah Nawawie aktif berkampanye untuk Partai Nahdlatul Ulama dan berhasil menjadi Ketua DPRD Gotong Royong Kab. Pasuruan. Gajinya selama menduduki kursi DPRD tidak pernah diambil. Namun kursi DPRD hanya diduduki selama tiga tahun setelah ia putuskan untuk mengundurkan diri.

Pada masa ganas-ganasnya PKI tahun 1963-1965, Kiai A. Sadoellah aktif memimpin GP Ansor untuk menandingi kebesaran PKI. Untuk keperluan propaganda, Kiai A. Sadoellah membentuk dua grup drum band yang terdiri dari anak-anak GP Ansor dan IPNU Kabupaten Pasuruan. Beberapa kasus bentrokan antara PKI versus NU yang berujung di tangan aparat, Kiai A. Sadoellah pasang badan melindungi kader GP Ansor.

Beberapa fakta di atas menguatkan saya untuk mempercayai sumber data dari Pondok Pesantren Sidogiri. Banyak sekali data itu, salah satunya yang saya tulis sekarang tentang Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI).

M. Sulton Fatoni, M.Si
Ketua Lajnah Ta’lif wan Nasyr PBNU

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Muqaddimah Pidato/Ceramah di Kalangan Nahdlatul Ulama

Membaca Wirid Dan Doa Setelah Shalat

BENARKAH KEPUTUSAN MUKTAMAR NU I DAN KITAB I’ANAT ATH-THALIBIN MELARANG TAHLILAN?