Pesantren Nurul Huda Kembangkan Ternak Kelinci

Probolinggo-Selain burung, kelinci juga merupakan hewan yang lucu. Tak heran bila banyak masyarakat yang mengaguminya dan berupaya untuk memilikinya sebagai hewan piaraan di rumah. Melihat hal tersebut, Ustadz Moh. Alwi selaku pengasuh Pesantren Nurul Huda Desa Lemah Kembar Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo menekuni ternak kelinci.

Upaya ternak kelinci yang ia tekuni tersebut terbilang masih baru, karena ia memulai bergelut dengan kelinci tersebut semenjak awal April lalu. Itupun dilatar belakangi oleh salah satu temannya di Malang yang menggeluti dunia kelinci.

Moh. Alwi menjelaskan yang menjadi faktor ketertarikannya untuk menggeluti ternak kelinci itu salah satunya, selain hewan yang lucu kelinci juga merupakan hewan yang kebal terhadap penyakit dibandingkan dengan hewan yang lain, seperti halnya ayam dan kambing. Selain itu, kelinci juga terbilang cepat dalam hal perkembangbiakannya/reproduksi. Pasalnya, kelinci hanya membutuhkan waktu 1-2 bulan sudah melahirkan. 

“Sehari setelah melahirkan anakan kelinci langsung dipindah ke tempat lain dan sang induk sudah bisa dikawinkan lagi,” tutur Ustadz Alwi.

Terkait dengan populasi, perkembangbiakan kelinci terbilang sangat cepat. Pasalya, dalam setiap induk ketika melahirkan bisa mencapai minimal melahirkan sebanyak 5-10 ekor anak. Sehingga dalam waktu 1-2 bulan kelinci bisa bertambah rata-rata 6 ekor. Bisa dibayangkan bila kita memiliki indukan mencapai 100 ekor.

Sejauh ini, Ustadz Alwi hanya melayani pembeli di wilayah Kabupaten dan Kota Probolinggo. Dan itu pun masih bukan untuk dikonsumsi, melainkan hanya sebagai piaraan. Pasalnya, di Kabupaten dan Kota Probolinggo masih belum ada rumah makan yang menjual daging kelinci, sehingga yang dijual hanya anakan saja. Padahal, manfaat dari mengkonsumsi daging kelinci sangatlah banyak bagi tubuh kita. Meski sebetulnya juga banyak permintaan kelinci untuk di konsumsi dari luar kota. 

“Setiap hari minggu kami jual anakannya, salah satunya di sekitar Alun-alun Kota Probolinggo,” akunya.

Ditanya terkait omset yang ia peroleh dari penjualan anakan kelinci dalam hitungan perbulan, Moh Alwi menuturkan minimal mencapai hingga Rp. 2 juta, itupun setelah dipotong biaya transport dan perawatan.

Menariknya, dari ternak kelinci yang ia geluti selama 7 bulan itu bukan hanya dilakukannya sendiri, melainkan juga ditularkan kepada santri-santrinya, sebagai bekal kelak setelah terjun ditengah-tengah masyarakat. Hal itu terlihat dari hampir seluruh santri memiliki piaraan kelinci.

Hal yang terpenting dalam menggeluti ternak kelinci yang juga perlu diperhatikan salah satunya adalah masalah kebersihan kandang dan suasana kandang. Diharapkan kandang selalu dalam kondisi bersih dan jauh dari kebisingan. Pasalnya, bila suasana di sekitar kandang gaduh maka kelinci akan merasa terganggu. Terkait dengan pakan, bisa terbilang sangat mudah di dapat. Pasalnya kelinci merupakan hewan pemakan rumput dan bisa diganti dengan kangkung. Sebagai pakan tambahan bisa diberi katul dan ampas tahu.

Menurutnya, ternak kelinci di Kabupaten Probolinggo masih terbilang langka, padahal ternak kelinci prospeknya cukup menjanjikan itu setelah terbukti dari upaya yang ditekuninya selama ini lumayan dapat memperbaiki dan meningkatkan sektor perekonomian. Oleh karena itu, diharapkan masyarakat khususnya pemuda Kabupaten Probolinggo bisa melirik potensi yang memiliki prospek tersebut.

Redaktur     : Mukafi Niam
Kontributor : Syamsul Akbar
Post: Nu Online
Repost: Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (PP-RMI-NU)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Muqaddimah Pidato/Ceramah di Kalangan Nahdlatul Ulama

Membaca Wirid Dan Doa Setelah Shalat

BENARKAH KEPUTUSAN MUKTAMAR NU I DAN KITAB I’ANAT ATH-THALIBIN MELARANG TAHLILAN?