Persatuan Umat Islam; Sisi Terpenting Dalam Haji Ibrahimi
Dengan memperhatikan
al-Qur’an kita dapat memahami bahwa Allah swt tidak menjadikan ibadah haji
sebagai upacara ritual semata. Disamping perintah untuk mengambil bekal,
bertakwa dan berzikir kepada-Nya pada hari-hari musim haji, juga disebutkan
tentang berbagai manfaat sosial-politik yang dapat diambil dalam ibadah agung
ini.
"لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُم مِّن
بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ"
“Supaya mereka menyaksikan berbagai
manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah
ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang
ternak . Maka makanlah sebahagian
daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang
sengsara dan fakir”. (QS. Al-Hajj [22]: 28)
Dan yang lebih penting lagi
bahwa Allah swt memilih hari-hari musim haji untuk menyatakan pemutusan
hubungan dan berlepas diri dari orang-orang musyrik dan musuh-musuh umat Islam:
وَأَذَانٌ مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ
إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ
الأَكْبَرِ أَنَّ اللّهَ بَرِيءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ
وَرَسُولُهُ فَإِن تُبْتُمْ فَهُوَ
خَيْرٌ لَّكُمْ وَإِن تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُواْ
أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِي اللّهِ
وَبَشِّرِ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
“Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan
Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya Allah dan
RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum
musyrikin) bertobat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu ; dan jika kamu
berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan
Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat)
siksa yang pedih”. (QS. At-Taubah [9]: 1)
Di dalam
ayat di atas Allah swt memperingati kaum musyrikin bahwa bila mereka tidak
bertaubat maka mereka tidak akan mampu bertahan melawan Islam dan azab yang
pedih akan menunggu mereka.
Dari sisi lain kita juga
mengetahui bahwa janji-janji Allah swt akan terwujud di dunia ini melalui
perantara hamba-hamba-Nya yang saleh, pertolongan Allah akan datang bila kaum
Mukminin menjalankan tugas dan kewajiban mereka masing-masing serta mencurahkan
segala daya dan upaya untuk menolong agama-Nya. Dengan memperhatikan poin ini
dapat dikatakan bahwa pada hari-hari musim haji kaum Mukminin memiliki tugas
lebih dari hanya sekedar menjalankan amalan dan manasik haji semata, namun
harus memaksimalkan manfaat-manfaat dari haji. Adapun manfaat terbesar yang
dapat dipetik dari haji adalah memperkuat barisan Umat Islam dan menemukan
solusi permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia Islam dengan
cara memutus tangan dan kekuatan penindas dan kolonialis dan mengusir mereka
dari sekitar umat Islam. Dengan kata lain, manfaat-manfaat haji adalah
sisi-sisi sosial-politiknya yang telah diingatkan oleh Allah swt dalam
ayat-ayat di atas.
Dari sisi lain kita juga
mengetahui bahwa setiap umat yang bersatu dan menjauhi perpecahan akan memiliki
kekuatan dan keagungan yang layak untuk diperhitungkan. Oleh karena itu,
mengambil manfaat-manfaat dari ibadah haji tidak memungkinkan selain dengan
persatuan umat Islam. Dengan kesadaran terhadap realita ini, Imam Khomeini
(pencetus Republik Islam Iran) selalu menegaskan dan memberikan perhatian
khusus terhadap persatuan umat Islam, karena menurut Imam Khomeini, persatuan
merupakan perintah Islam dan juga sebagai kunci pembuka berbagai permasalahan
kaum Muslimin. Yang harus menjadi poros persatuan ini adalah Islam itu sendiri.
Seruan persatuan di dalam ucapan-ucapan Imam Khomeini tidak hanya sebatas
teori. Untuk mewujudkan persatuan, Imam Khomeini menunjukkan beberapa jalannya
yang seluruhnya bersandar kepada teks-teks agama dan ajaran-ajaran al-Qur’an
al-Karim serta riwayat-riwayat.
Haji juga sama seperti
ibadah-ibadah lain yang disyareatkan untuk umat manusia, memiliki keuntungan
duniawi dan ukhrawi. Pemahaman yang tidak benar terhadap ritual ibadah-politik
ini akan menghalangi masyarakat dari berkah-berkahnya. Sebagian kaum Muslimin
yang semestinya melihat kepada berbagai sisi dan manfaatnya untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan, hanya memperhatikan sisi lahiriah ibadah Ilahi ini dan
melalaikan tujuan-tujuan tingginya. Sebagian mereka hadir dalam perkumpulan dan
pertemuan besar-besaran atas perintah Ilahi ini akan tetapi masing-masing
saling tidak mengenal dan merasa asing serta saling berpecah. Dengan melihat
kepada kekurangan dan kelemahan inilah, Imam Khomeini menamakan upacara ibadah
haji sebagai “muktamar agung” dan menyatakan bahwa ritual ibadah haji ini
merupakan kesempatan dan anugerah Ilahi yang diberikan kepada kaum Muslimin
dengan cuma-cuma, dan bila pemerintah negara-negara Islam ingin menciptakan
kesempatan dan fasilitas ini maka tentu saja tidak mampu menciptakannya dan
menjamin pembiayaannya.
Rintangan Persatuan
Setelah menyatakan ritual
haji sebagai kesempatan dan anugerah Ilahi untuk menciptakan persatuan umat
Islam, Imam Khomeini dengan pikiran mendalam menyinggung rintangan-rintangannya
dalam banyak kesempatan, di antaranya sebagai berikut:
1-Penetrasi Para Penindas, Kekuatan Kolonial Dan
Asing
Pengaruh para tiran dan
kolonial di barisan kaum Muslimin semakin melebar. Dengan memanfaatkan industri
majunya yang juga diperoleh dari merampas sumber-sumber alam dan kekayaan anugerah
Ilahi dari negara-negara tidak berdaya dan mazlum, mereka menipu sebagian umat
Islam dan menyatakan bahwa kemunduran, keterbelakangan dan ketertinggalan dunia
Islam terkadang disebabkan dari diri mereka sendiri dan terkadang dari
konsekwensi keberagamaan mereka. Dan dengan metode ini, mereka berhasil
melenyapkan kepercayaan diri dari sebagian kaum Muslimin dan mengokohkan
ketergantungan umat Islam kepada mereka.
2-Propaganda Musuh-musuh Islam
Rintangan persatuan yang
kedua adalah propaganda buruk musuh-musuh Islam. Orang-orang yang mengingkari
dan membenci Islam sangat paham bahwa propaganda, perang psikologis atau yang
dikenal dengan perang urat syaraf merupakan senjata paling ampuh untuk memukul
kaum Muslimin. Dan hari ini, karena melihat kegigihan dan perjuangan bangsa
Islam Iran dalam menghadapi kesewenang-wenangan dan keserakahan musuh Islam, di
samping Islamofobia yang telah dilancarkan sejak bertahun-tahun, juga
melancarkan Syiah dan “Iranofobia” dan karena belum kuatnya Iran Islam
mereka menghembuskan topan dahsyat berbagai propaganda negatif ke arah opini
publik via ribuan media masa cetak atau non-cetak, dunia maya atau dunia nyata.
3- Memandang Hanya Kepada Kulit Luar
Di antara penyakit
masyarakat Islam (rintangan ketiga) adalah memandang ajaran-ajaran dan
doktrin-doktrin agama hanya sebatas kulit luar dan zahir saja, melalaikan batin
dan hakekatnya. Sementara mereka sendiri menyadari doktrin-doktrin agama di
samping bersisi lahiriah juga memiliki batin sebagai hakekatnya. Tentu saja
setiap sisi lahiriah dan batiniah masing-masing memiliki keistimewaan
tersendiri yang tidak dapat saling ditukar dan menempati tempat yang lainnya.
Dan pastinya bahwa batin juga tidak memberikan kecukupan kepada kita tanpa hal
yang bersifat lahiriah. Akan tetapi sebagian kaum Muslimin hanya disibukkan
oleh hal-hal lahiriah semata dan melupakan sisi batin dari aturan-aturan agama.
Hal ini pun terjadi pada kasus haji dan manasiknya. Ruh dari ibadah haji adalah
persatuan, persaudaraan, persahabatan dan penentangan terhadap kezaliman, namun
sisi batin dan ruh yang menyempurnakan sisi lahiriah manasik haji masih belum
diperhatikan dengan semestinya.
4- Kesalahan Dalam Menjelaskan Hukum-hukum
Islam
Musuh-musuh Islam dalam
berbagai propaganda mereka senantiasa memberikan penafsiran yang salah dalam
hukum dan aturan Islam, mengelabui sebagian kaum Muslimin terutama para pemuda
yang tidak begitu mengenal hakekat Islam, menggambarkan ide-ide cemerlang dan
penuh makna dari Islam dalam berbagai hal menyangkut hukum dan pendidikan
sebagai hal yang buruk, tentu saja ini selain permasalahan-permasalahan
politik, sosial dan kebudayaan. Usaha penulisan buku-buku, memanfaatkan
berbagai media masa dan universitas-universitas Barat dijadikan sebagai senjata
ampuh dan bahkan mengeluarkan miliaran dolar untuk itu. Oleh karena itu, sudah
semestinya menciptakan sebuah kebangkitan pemikiran dan kesadaran yang
alhamdulillah berbagai keberhasilan telah diraih dibelahan dunia Islam. Makna
ini harus terwujud dalam pelaksanaan ritual haji Ibrahimi.
Metode Memahami dan Meraih Persatuan
Karena untuk mempersingkat
waktu kami hanya menyebutkan poin-poinnya saja sebagai berikut:
1- Menjelaskan dan
memahamkan urgensitas dan kedudukan persatuan dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan dunia Islam.
2- Menyampaikan
hakekat-hakekat Islam kepada seluruh kaum Muslimin di dunia.
3- Menciptakan satu kamp
dalam menghadapi kaum kolonialis.
4- Mengikuti para penyeru
Islam sesungguhnya yang dalam sepanjang sejarah khususnya 100 tahun terakhir sebagai
penafsir kompeten ayat-ayat Ilahi dan hadis-hadis Nabi saw.
Dalam kondisi seperti inilah
musuh-musuh Islam bukan hanya tidak berani menodai Nabi Islam dan al-Qur’an,
namun kemungkinan kita juga akan kembali kepada diri sendiri dan meraih
kekuatan, keagungan dan kemuliaan Islam dan kaum Muslimin.
إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيدًا وَنَرَاهُ قَرِيبًا
“Sesungguhnya mereka
memandang itu jauh. Sedangkan Kami memandangnya dekat”.
Insya Allah
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Oleh: Muhammad Ridha
Baqiri
Disampaikan Pada Seminar Internasional, Fungsi Haji Dalam Penguatan Kerjasama Dan Persatuan
Umat Islam, Di Hotel Sultan Jakarta, 02-03 Oktober 2010
Komentar
Posting Komentar