Pesantren Ahlusunnah Wal Jamaah, Menes, Pandeglang

KH. Tb. Entol Ahmad Asrori
Pesantren yang terletrak di desa Menes 40 Km sebelah utara kabupaten Pandeglang Jawa Barat ini didirikan oleh KH. Tubagus Entol Ahmad Asrori pada 11 Februari 1953. Kyai Ahmad alumni lembaga pendidikan Mathla'ul Anwar. Ia juga pernah mondok di pesantren Tebu Ireng, Jombang, sekitar tahun 1923.
Usaha mendirikan pesantren ini berjalan lamban. Baru pada tahun 1966 berhasil mendurukan kamar pemondokan santri. Dibukanya sistem madrasi pada tahun 1964 agaknya berkaitan erat dengan melimpahnya santri di Lembaga Mathaliul Anwar Menes, sehingga tidak tertampung. Untuk menyalurkan hasrat mereka, pimpinan pesantren mendirikan madrasah Masalihul Ahyar.
Pesantren ahlusunnah wal jama'ah menempati arela tanah seluas satu hektar. Sarana yang dimiliki antara lain sebuah masjid, 8 buah lokal madrasah dan 5 buah kamar santri. Bangunan madrasah digunakan bergantian untuk Ibtidaiyyah, Tsanawiyah, dan Aliyah. Tahun 1984 jumlah santrinya 205 orang, 100 putra dan 105 putri. Santri mukim 100 orang. Bagian terbesar datang dari daerah sekitar Pandeglang. Sebagian bersekolah di ketiga madrasah tersebut, sebagian lagi  hanya mengaji kitab. 
Seperti lazimnya madrasah di lingkungan pesantren, Masalihul Ahyar pun memberikan pelajaran kitab antara lain Asasul Islam, karangan KH. TB Ahmad sendiri, Kifayatul Ahyar, Fathul Muin, Asasul Iman, Ihya Ulumuddin, Tijan Dhurori, Fawaidul Jalilah, Alfiyah, dan Nihayatus Zen. Dua dari kitab-kitab tersebut digunakan sebagai pegangan dalam pengajian, yakni Asasul Islam dan Fawaidul Jalilah.
Dalam mengasuh pesantrennya, KH Ahmad dibantu oleh dua putra dan seorang menantunya. Sedangkan untuk menjalankan madrasah, ia dibantu 30 orang guru, yang seluruhnya swasta. Untuk seluruh kegiatan pendidikan baik madrasah maupun pengajian, pesantren menghabiska biaya rutin Rp. 250.000,- perbulan (1985). separuhnya bersumber dari iuran santri dan separuhnya lagi berasal dari bantuan masyarakat.
Di bidang ketrampilan pesantren menyelenggarakan latihan jahit menjahit diikuti 15 santri. Juga telag berdiri koperasi pesantren beranggotakan 25 orang. Kekayaannnya sampai tahun 1984 mencapai Rp. 75.000,00.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BENARKAH KEPUTUSAN MUKTAMAR NU I DAN KITAB I’ANAT ATH-THALIBIN MELARANG TAHLILAN?

Muqaddimah Pidato/Ceramah di Kalangan Nahdlatul Ulama

Membaca Wirid Dan Doa Setelah Shalat