Pesantren Al-Qur'an Wates (Pesawat), Kedung Pring-Giri Peni, Wates, Kulon Progo

Motivasi untuk mendirikan pesantren ini sebenarnya muncul ketika pendirinya, Kyai Chasan Tholabi, melihat kenyataan banyak anggota masyarakat Kulonprogo khususnya generasi muda Islam, yang belum menguasai bacaan al-Qur’an. Hal ini bahkan dijumpainya juga di kalangan pelajar sekolah agama baik negeri maupun swasta.
Berbekal ilmu yang ditimbanya dari Pesantren al-Qur’an Bustanul Qur’an wal Qiraah, Krapyak, Yogyakarta, selama 7 tahun; Pesantren Bustanu ‘Usyaqil Qur’an, Demak selama 3 tahun dam dari pesantren Watu Congol, Muntilan, selama setahun; Kyai Hasan (1970) mendirikan pesantren ini di sebuah desa yang terletak sekitar 30 km dari Yogyakarta. Kyai Hasan sendiri kelahiran Magelang tahun 1923.
Melihat usia pesantren yang masih relative muda dan sejak awal diarahkan untuk memberi pengajaran kepada masyarakata setempat, wajarlah kalau sebagian besar santri di ‘pesawat’ (istilah santri untuk menyingkat Pesantren Wates) ini adalah non mukim. Di samping belajar qiraat dan menghafal al-Qur’an, para santri juga belajar ilmu Fiqh, Akhlak, Tarikh, dan tasawuf dengan menggunaka system wetonan, balaghah, dan bandongan.
Meskipun tetap mengikuti tradisi pesantren, ‘Pesawat’ ini tidak urung mendapat sentuhan ‘pembaharuan’ karena dengan seringnya mengirim santri untuk mengikuti kursus dan latihan antara lain kursus pertukangan, perpustakaan, latihan perbengkelan, pendidikan dan latihan Kependudukan dan Keluarga Berencana, latihan usaha, Latihan Tenaga Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (LTP2M) dan lain-lain.
Pesantren sendiri menyelenggarakan berbagai latihan ketrampilan bagi santri dan masyarakat sekitar, antara lain kerajinan anyam-anyaman, latihan perbengkelan dan kursus menjahit. Sebagai kelanjutan kursus dan latihan tersebut, dewasa ini ‘Pesawat’ telah memiliki unit perbengkelan dan koperasi yang bergerak di bidang Industri kecil.
Dengan ‘Pesawat’ ini, Kyai Hasan Tholabi mengarap agar lahir kader-kader ulama yang ahli dalam al-Qur’an dan cakap dalam membina masyarakat. Maka, satu sarannya, pesantren harus berani membuka diri menerima nilai-nilai baru, selama bermanfaat.

Kontak Pesantren
Pendiri                        : Kyai Chasan Tholabi
Pemimpin                   : KH Ahmad Su’adi
Santri Mukim            : 10 (Laki-laki) dan 10 (Perempuan)
Alamat                       : Kedungpring – Giripeni, Kecamatan Wates, Kulon Progo
Telpon                       : 0271-773814

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Muqaddimah Pidato/Ceramah di Kalangan Nahdlatul Ulama

Membaca Wirid Dan Doa Setelah Shalat

BENARKAH KEPUTUSAN MUKTAMAR NU I DAN KITAB I’ANAT ATH-THALIBIN MELARANG TAHLILAN?