RMI NU: Potensi Ekonomi Pesantren Cukup Besar

Potensi ekonomi pondok pesantren (ponpes) sebenarnya cukup besar. Begitu juga ponpes telah mempunyai tenaga-tenaga terampil yang dapat menggerakkan potensi ekonomi. Namun, pesantren masih belum mempunyai ”kepercayaan diri” untuk memulai sehingga potensi ekonomi itu belum teroptimalkan untuk kepentingan pesantren.
Demikian wacana yang mengemuka pada Sarasehan II tentang Pengembangan Ekonomi Pondok Pesantren yang digelar Pimpinan Pusat Rabithah Maahid Islamiyah, di Ponpes Pulosari, Garut, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Sarasehan hasil kerja sama dengan Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES) itu diikuti 75 pengasuh ponpes se-Jabar.
”Kita sudah punya modal dasar untuk mengembangkan potensi ekonomi pesantren, yaitu kejujuran, kepercayaan, profesionalisme, dan komunikatif. Persoalannya, modal dasar itu sering ditenggelamkan oleh rasa kekhawatiran kita yang sering lebih besar daripada optimisme kita,” ujar Ketua Umum PP RMI KH Mahmud Ali Zain.
Menurut dia, dunia perbankan Indonesia sekarang ini masih belum berpihak kepada masyarakat miskin. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sudah di ambang batas kewajaran. Konsekuensinya, masyarakat kecil semakin kesulitan mengakses dana untuk modal kerja.

”Solusinya adalah kita perlu mendirikan ribuan BMT (Baitul Mal wat Tamwil), dan hal ini dapat dimulai dari pondok pesantren. Kenapa pondok pesantren? Karena sudah tidak ada lagi yang mau memikirkan perekonomian masyarakat kecil,” tegas Kiai Mahmud.
Sementara, Wakil Sekretaris PP RMI Sulthan Fatoni mengatakan, pesantren sudah terlanjur menjadi lembaga sosial yang dipercaya masyarakat. Kepercayaan harus dijawab dengan memfasilitasi masyarakat agar bisa mengakses modal yang tertimbun di bank-bank. 
”PP RMI mengharapkan agar selepas sarasehan ini, ada beberapa pesantren yang tertarik mendirikan BMT. PP RMI memfasilitasi mereka dengan menyediakan tempat magang yang cukup profesional,” ujar Sulthan.
Sulthan menjelaskan, kegiatan sarasehan tersebut dirancang dalam 8 zona, yaitu Banten, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jabar, Jawa Tengah I, Jawa Tengah II, Jawa Timur I dan Jawa Timur II.
”Putaran I sudah berlangsung di Kajen Pati Jawa Tengah, sekarang putaran II, dan putaran III di Purworejo Jawa Tengah pada tanggal 16 Mei 2007. Setelah sarasehan ini selesai, kami memikirkan pola magang peserta agar lahir praktisi-praktisi yang siap menggerakkan BMT di pesantrennya masing-masing,” tambah Sulthan.
Dalam acara tersebut, selain para kiai dan pengurus ponpes dari daerah Jabar, juga hadir pejabat Bank Muamalat Cabang Bandung, Direktur PKES Nadratuzzaman, Mas Adji (PKES), Abdullah Masud (Wakil Sekretaris PP RMI), dan Zainussholeh (Staf PP RMI). (rif)

Post: NU Online, 10-05-2007
Repost: Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (PP-RMI-NU)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BENARKAH KEPUTUSAN MUKTAMAR NU I DAN KITAB I’ANAT ATH-THALIBIN MELARANG TAHLILAN?

Muqaddimah Pidato/Ceramah di Kalangan Nahdlatul Ulama

Membaca Wirid Dan Doa Setelah Shalat