Masih Ada Beberapa Pondok Pesantren yang Terasing dari Dinamika Hidup

KH. Hasyim Asy'ari-Pendiri NU
KH. Hasyim Asy'ari
[Pendiri Nahdlatul Ulama]
Muntilan  - Kepala staf  Sosial Politik ABRI Letjen TNI Harsudiono Hartas menilai bahwa saat ini masih ada beberapa pondok pesantren yang belum memebuka diri untuk menerima kemajuan-kemajuan yang sudah menjadi kenyataan. Bahkan ketertutupan tersebut mengakibatkan pondok pesantren yang bersangkutan menjadi terasing di tengah dinamika kehidupan bangsa dan negara.
Pondok pesantren yang tertutup, menurut Letjen Harsudiono Hartas, adalah pesantren yang kegiatan-kegiatannya hanya diikuti oleh para santrinya sendiri, baik kegiatan di mesjid maupun di pondok, tanpa memperhatikan masyarakat sekitarnya. Dengan demikian ajaran-ajaran yang disampaikan akan mengarah pada aliran yang hanya dimengerti dan dapat dilaksanakan oleh kelompok pesantren tersebut. Akibatnya ajaran-ajaran Islam yang disampaikan menjadi tidak kontekstual  dan tidak relevan dengan dinamika kehidupan di sekitarnya. Kepala Staf Sospol ABRI ini juga menilai bahwa saat ini di Indonesia sudah banyak pesantren membuka diri terhadap lingkungan sekitarnya sehingga mampu membangun dan mengembangkan dirinya mejadi sejajar dengan lembaga pendidikan yang lain.
“Kondisi yang dicapai selama ini tentu tidak lepas dari kesanggupan dan kreativitas para pengasuh pondok pesantren, yang selalu memiliki pandangan luas dan penuh keterbukaan.“ ujar Letjen Hasrudijono Hartas.
Gejala perkembangan pondok pesantren yang semakin modern dan terbuka, lanjut Harsudiono Hartas dalam ceramah pengarahan pada Muktamar Wathoni III Rabithah Ma’ahid Al Islamiyah di PP Darussalam, Muntilan akan mendukung citra pesantren sebagai partnership pemerintah. Sebaliknya, pesantren  yang masih tertutup justru akan menimbulkan citra kurang menguntungkan bagi perkembangan pesantren pada umumnya.
Ulama Terampil
Tugas utama pondok pesantren, menurut Kassospol  ABRI, pada dasarnya untuk mencetak calon –calon ulama yang memeiliki kemampuan dan keterampilan dalam menyebarkan dakwah. “ sedangkan dakwah itu itu sendiri mempunyai 2 fungsi. Yakni mengajak dan membimbing umat untuk mengikuti perintah Allah SWT. Dan fungsi kedua, mendorong  manusia untuk ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembangunan, “ ujarnya.
Kedua fungsi pesantren tersebut, lanjut Harsudiono Hartas, harus tumbuh dan berkembang secara seimbang dengan kehidupan bangsa dan Negara. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan kemajuan.

Pembahasan ditegaskan, pesantren sebagai lembaga pendidikan adalah merupakan sistem untuk itu upaya pembenahan diri juga harus meliputi seluruh subsistem yang ada, abik saran prasarana, pendidik, anak didik,, metode pengajaran maupun kurikulumnya. Upaya-upaya pembenahan tersebut diharapkan oleh Letjen Harsudijono Hartas, dilaksanakan selaras, seimbang dan sesuai atas prioritas. “ justru dalam penerapan asas prioritas inilah diperlukan kebijaksanaan yang arif dari para ulam, pondok pesantren, yang merupakan pengendalai dan pembimbing para santri.
Dalam ceremah pengarahan bertemakan “ Peranan Ulama Pesantren”. Selasa siang kemarin, Letjen Harsudiono Hartas juga banyak menguraikan lahirnya konsepsi kesatuan dan persatuan, disiplin nasional dan wawasan nusantra. Dibagian  lain ceramahnya Harsudiono Hartas menegaskan dengan berbekal ilmu pengetahuan dan teknologi maka pada waktunya nanti para santri akan menjadi da’i yang benar –benar berkualitas dan relevan dengan tuntutan pembangunan. []


dokumentasi Muktamar RMI III, di Ponpes Darussalam, Watucongol, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah15-17 Desember 1988.



Post Terkait: 
Gus Dur: Ada Kecenderungan Jalan Pintas dalam Memahami Agama
Kontekstualisasi Kitab Kuning di Pesantren
Memperebutkan Posisi Imamah



Komentar

Postingan populer dari blog ini

BENARKAH KEPUTUSAN MUKTAMAR NU I DAN KITAB I’ANAT ATH-THALIBIN MELARANG TAHLILAN?

Muqaddimah Pidato/Ceramah di Kalangan Nahdlatul Ulama

Membaca Wirid Dan Doa Setelah Shalat