25 Ribu Santri Ponpes di Jombang Terancam Golput
RMI NU, Media Pesantren,
JOMBANG - Sedikitnya 25 ribu santri asal luar Jawa Timur penghuni pondok-pondok pesantren di Jombang, terancam kehilangan hak pilihnya alias golput dalam Pemilu 9 April 2014.
Ini karena KPU tidak menyediakan surat suara, yang sesuai dengan daerah pemilihan (dapil) asal mereka.
Sedangkan untuk pulang ke daerah asalnya, sulit terwujud karena pihak pesantren rata-rata hanya meliburkan santrinya selama satu hari saja, yakni pada hari H coblosan.
Hal itu, diungkapkan pengurus Rabhitah Ma'ahid Islamiyyah (RMI) atau Asosiasi Pesantren Indonesia, Jombang, M Nasihudin, usai mengikuti sosialisasi pemilu di Aula KPU Jombang, Kamis (19/12/2013).
Nasihudin menambahkan, waktu satu hari tidak cukup bagi santri untuk pulang kampung. Sebab, santri yang menuntut ilmu di Jombang itu kebanyakan berasal dari luar Jatim, bahkan luar Jawa.
"Kami berharap ada toleransi dari KPU, sehingga mereka bisa mencoblos di Jombang," ujar Pengasuh pondok pesantren Al-Falah Desa Pagerwojo Kecamatan Perak ini.
Ketua KPU Jombang, Machwal Huda mengakui kemungkinan santri banyak yang tidak bisa mendapatkan surat suara.
Menurutnya, santri dari luar Jatim, otomatis tidak akan mendapatkan surat suara jika yang bersangkutan mencoblos di Jombang. Karena surat suara tersebut berdasarkan dapil.
Tapi bagi santri yang masih di area Jatim, bisa disiasati dengan form A-5. Yakni form yang diperuntukkan pemilih yang mencoblos di luar daerah, namun masih dalam satu dapil.
"Contohnya, dengan form A-5, warga Madiun bisa mencoblos di Jombang. Namun hanya mendapat 3 kartu suara. Yakni DPR RI, DPD, serta DPRD Jatim. Untuk surat suara DPRD Jombang tidak bisa," katanya merinci.
Kota/Kabupaten Madiun dan Jombang memang berada dalam satu dapil, yakni Dapil Jatim VIII. Selain Madiun dan Jombang, yang termasuk Dapil Jatim VIII adalah Kab/Kota Mojokerto, dan Kabupaten Nganjuk.
Bagi yang luar Jatim, Machwal hanya mengimbau agar pimpinan pesantren memulangkan santrinya lebih awal atau meliburkan dengan waktu yang cukup, agar mereka bisa mencoblos di kampung halaman.
Post: Tribunnews.com
Repost: Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama
Komentar
Posting Komentar